“maaf,, saya lupa jemur kasur belum diangkat hehee..” kata ibu itu yang bertubuh sedikit lebih subur (artinya gendut) dengan tersenyum ("cling" waoow.. silau sekali gigi palsunya) seolah merasa bersalah dengan suara pemukul kasur yang membuatku kaget itu.
Monday, 6 December 2010
Gue gerogi (Loligo part I)
“maaf,, saya lupa jemur kasur belum diangkat hehee..” kata ibu itu yang bertubuh sedikit lebih subur (artinya gendut) dengan tersenyum ("cling" waoow.. silau sekali gigi palsunya) seolah merasa bersalah dengan suara pemukul kasur yang membuatku kaget itu.
Sunday, 7 November 2010
merapi 26-10-10
merapi...
Saturday, 28 August 2010
suspect DHF (Final)
Malam ini saya dikejutkan oleh kedatangan teman-teman saya di rumah sakit mereka adalah Elsa(Egga), Satria, Gunawan, Iskandar, Lukman, Anton dan Wima. Seketika suasana tiba-tiba berubah menjadi ramai apalagi Satria yang mulutnya tak bisa berhenti mengeluarkan suara. Setelah kedatangan mereka saya jadi semakin ingin cepat sembuh agar segera keluar dari rumah sakit ini. Saya mencoba untuk mematuhi kata dokter dengan teratur makan, minum dan tak lupa membaca do'a yang tertempel di dinding rumah sakit untuk kesembuhan saya.
Paginya ada Guru wali kelas saya Bu Riana, Bu Dilla(Guru Bhs. Inggris) dan beberapa teman sekelas Novita, Diah, Farin, Faizal(makybo), Nabiel, Elsa dan Satria. Dan mereka semua membuat saya menjadi ingin segera pulang dan kembali ke sekolah. Keyakinan saya untuk segera sembuh menjadi semakin kuat ini seperti Mind Power Hyposis Healing yang terkontrol 80% dari pikiran bawah sadar.
Lalu tiba-tiba kabar mengejutkan pun datang malam ini tepat enam hari terhitung dari hari Jumat ketika gejala sakit ini muncul, saya diperbolehkan untuk pulang. Saya berhasil Mengalahkan DHF enam hari kurang dari satu minggu. Saya percaya bahwa kesembuhan berasal dari dalam tubuh diri sendiri setiap individu dan kesembuhan itulah yang akan mengantarkannya pulang ke rumah bukan karena obat atau diagnosa dokter sehingga mendapatkan ijin untuk pulang. Dokter adalah manusia yang menjadi jembatan untuk kesembuhan dan keputusan untuk menyebrang berada ditangan pasien lalu yang menentukan sampai atau tidaknya pada ujung kesembuhan adalah Yang Maha Kuasa.
Dan hari kamis pagi saya kembali ke sekolah.
Sunday, 22 August 2010
suspect DHF (stage 4)
Thursday, 19 August 2010
suspect DHF (stage 3)
Wednesday, 18 August 2010
suspect DHF (stage 2)
suspect DHF
Beberapa hari sebelumnya...
Hari Jumat sore tepat setelah usai sekolah saya, Elsa, Satria, Iskandar, Gunawan, Wima dan teman-teman SMA yang lain bermain rugby di Pantai Teluk Penyu Cilacap. Itu adalah kegiatan mengumpulkan lelah dan keringat yang kerap kami lakukan untuk menghindari stress karena sebentar lagi kami menghadapi UN dan sesekali kami berenang di tepian pantai setelah kelelahan bermain. Dalam keadan basah bertabur pasir pantai dan lengketnya air garam kami pulang saat matahari hampir tenggelam serta senja yang bersiap menyambut malam.
Saya dan Elsa adalah teman satu kost di Cilacap dan kami juga mempunyai satu teman kost yang juga guru SMA kami dia adalah Pak Uun. Sampai di rumah kost ternyata kamar mandi sedang dipakai Pak Uun itu artinya kami harus mengantri menunggu sampai selesai. Dan..!!
Sejak sore itu lah saya mulai merasa tidak enak badan, awalnya saya mengira ini hanya semacam gejala flu ringan akibat kelelahan. Dan setelah mandi kami makan bersama di depan televisi, setelah itu saya pergi mengikuti les bimbingan belajar. Di tengah perjalanan menuju tempat les dengan sepeda motor berkecepatan sedang tiba-tiba angin menyapu jalan dan malam itu terasa sangat dingin sekali. Sepulang dari tempat les saya menyempatkan untuk membeli obat masuk angin di warung. Setelah sampai di kost saya meminum obat itu lalu menonton televisi karena malam itu ada film "The Transporter", itu adalah film action yang membuat saya kagum melihat aksi Jason Statham pemeran utama "The Transporter"(bodohnya ngga enak badan bukannya tidur malah begadang nonton film ). Untungnya malam itu Pak Uun sudah istirahat lebih dulu, karena biasanya Pak Uun selalu begadang menonton televisi sampai tertidur. Dan malam itu saya puas-puaskan menonton aksi Jason Statham.
Paginya pada hari sabtu saya kaget karena tiba-tiba saya terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat. Dan semakin pusing ketika saya mencoba berdiri. Saat itu saya tetap memaksakan untuk tetap berangkat sekolah dengan mengandalkan obat yang tadi malam saya beli dan saya berharap keadaan akan segera membaik sehingga saya dapat mengikuti pelajaran seperti biasanya(semakin bodoh,, pertama ngga nyadar bangun pagi pusing gara2 begadang, yg kedua nekat berangkat sekolah padahal pusing makin parah, yg ketiga ngarep pusingnya ilang pake obat tapi tetep sekolah dan ngga istirahat,, ya ngga mungkin sembuh lah bambank liat aja entar)
Ternyata di sekolah di jam pelajaran juga disinggung tentang acara televisi tadi malam, hahaa.. saya sedikit tertawa mendengar cerita guru saya Pak Tarno ketika menceritakan film "The Transporter" tadi malam. Tapi tiba-tiba...
Monday, 16 August 2010
Tears
Tears dalam bahasa ingggris berarti air mata, tahu kah anda betapa air mata itu sangat berbahaya dan sangat mengerikan sperti layaknya senjata perang?
Baiklah saya akan menjelaskanya lebih lanjut, air mata akan keluar ketika seseorang menangis. Air mata yang saya maksud berbahaya adalah air mata yang keluar dari tangisan seorang wanita. Mereka para wanita sungguh menakutkan, kekuatan mereka benar-benar mengerikan dengan senjata pamungkasnya “menangis”. Benar.. menangis adalah senjata andalan mereka, karena tidak bisa dipungkiri bahwa tidak ada pria yang sanggup melihat wanita yang sedang menangis. Tahu kah kenapa? Karena kasihan atau simpati. Bukan.. bukan karena kasihan, simpati, peduli atau yang sejenisnya, tapi karena pria tidak sanggup melihat wajah dari tangisan mereka yang (saya tidak berani menuliskannya, takut kalau ada wanita yang membaca dan langsung menangis ). Coba saja sekilas bandingkan struktur anatomi wajah mereka yang normal tanpa tangisan air mata. Wajah mereka yang berseri nan indah di pandang dengan senyumannya yang menyejukan hati seolah tak lagi diperlukan AC penyejuk udara dalam kamar yang pengap dan berantakan apa lagi hanya sebuah kipas angin kecil yang baling-balingnya tak mampu lagi berputar dengan seimbang bahkan terlihat hampir copot (tiba-tiba saya teringat suatu tempat dimana saya tidur), cukuplah secarik foto wajahnya yang indah yang menepel pada dinding akan membuat suasana indah nan sejuk, harum dan menenangkan.
Dari perubahan wajah yang sangat berbeda itu anda akan mulai merasakan atmosfir perang yang luar biasa, lihat lah sekali lagi wajah mereka sungguh berbeda dari sebelumnya bahkan teknologi kamera tercanggih dengan face detection pun akan kesulitan membedakan wajah manusia dan objek benda apa lagi teknologi kunci pengaman face recognition pasti akan langsung error dan rusak atau mengira bahwa orang ini adalah orang asing bukan dari bumi. Tanda-tanda selanjutnya adalah terlihatnya kaca-kaca yang tampak bergetar dan hampir pecah di kedua bola mata mereka, ya.. kedua bola mata mereka telihat berkaca-kaca dan ini adalah tahapan yang paling membahayakan karena kedipan dari kelopak mata mereka ibarat trigger senapan yang siap meluncurkan peluru dari revolver. Dan ketika saat itu tiba maka suara genderang perang pun akan terdengar sangat keras, suara itu akan terdengan dari bibir mereka yang sudah bergetar dari tadi lalu menganga dan mengeluarkan suara yang sungguh akan membuat anda tidak sanggup untuk mendengarkannya bahkan sejujurnya bila kedua daun telingga anda mampu berbicara mereka akan berkata “aku ingin menutup lubang telingaku” tapi apa daya daun telinga tidak bisa bergerak menutupi lubangnya dan bantuan dari kedua tangan pun menjadi andalan yang akan membantu meredam suara tangisan itu. Dan setelah itu serangan inti pun dimulai dengan satu kedipan kelopak mata maka meluncuran senjata itu. Yah.. itu adalah air mata dan sempurnalah serangan mereka dengan tangisannya yang membuat kaum pria tak berdaya mendengar suaranya apa lagi melihat wajahnya yang (lagi-lagi saya tidak sanggup menulisnya kalau saya tulis “jelek” takut ditampar, kalau saya tulis “mengerikan” takut ditendang, memang lebih baik tidak ditulis). Bagi kaum pria akan sangat tidak menyenangkan memandang keadaan wajah mereka saat itu, sampai-sampai matapun akan menyuruh kelopak mata agar menutupinya di sini lah letak kelemahan sekaligus kekalahan kaum pria yang membuatnya tidak sanggup berdiri di depan wanita yang sedang menangis lalu tiba-tiba seluruh tubuh menunduk dan bibir pun mengkonfirmasikan kekalahan dengan ikrarnya sebagai berikut.
“maaf.. aku minta maaf, aku akan melakukan apapun untuk mu agar kamu memaafkan ku (dan tentunya agar berhenti menanggis)”
Wednesday, 17 March 2010
ngepit menuju tugu lilin
Malem-malem sekitar jam 21.00 aku, Elsa, Satria naik sepeda ke rumah Wildan di Jalan Kranji depan SMA N 1 Cilacap. Sampai disana,
“Wil... Wildan... keluar Wil..” teriak Elsa.
Wildan pun keluar dengan tas punggungnya yang di isi handphone dan air mineral dan tidak lupa mengeluarkan sepeda unitednya. Kita berencana untuk pergi bersepeda menuju tugu lilin di Gumilir, Cilacap.
Sebelum berangkat Wildan membeli biskuit oreo di warung depan rumahnya dan kita memakannya bersama-sama lalu langsung berangkat lewat Jalan MT Haryono dan melewati area Pengilangan Minyak Pertamina UP IV. Kita terus berjalan, di tengah jalan saat melintasi SPBU kita berempat masuk dan melewatinya secara sepontan (aneh naik sepeda kok masuk SPBU kalo mau ngisi bensin kan nggak mungkin). Dan sampai di pertigaan kita belok kanan lewat Jalan Thamrin.
Di Jalan Thamrin suasananya sangat sunyi hanya terdengar suara jangkrik, penerangan jalannya pun hanya dari lampu-lampu rumah penduduk sekitar. Tiba-tiba ditengah jalan suasanya berubah menjadi benar-benar sunyi sudah tidak ada lampu penerang jalan, rumah-rumah penduduk pun makin jarang di kanan kiri jalan hanya terlihat kebun yang kosong dan benar-benar gelap parahnya sepeda yang kita pakai berempat tidak ada satupun yang dilengakapi dengan lampu dan kita hanya mengandalkan cahaya dari bintang yang bersinar. Kita semua terdiam sambil terus melintasi jalan yang sangat sepi tidak ada orang lain yang melintasi jalan itu kecuali kita berempat. Dan puncaknya aku merasa bosan dengan keadaan yang sepi tanpa suaran lalu
“hey,,, (dengan nada keras) coba bayangin kalo tiba-tiba di depan kita ada pocong” kataku.
“hhuuaaaaa......!!!!” teriak Elsa, Satria dan Wildan.
Mereka bertiga langsung mengayuh sepedanya lebih kencang lagi sampai aku tertinggal jauh karena posisiku paling belakang. Ketika berusaha keluar dari Jalan Thamrin yang gelap tiba-tiba rantai sepeda yang Elsa pakai lepas karena gugup saat memindah gear rantai untuk mempercepat laju sepedanya. Lalu kita berhenti di sebuah bengkel yang sudah tutup waktu itu. Kita beristirahat sambil memperbaiki rantai sepeda. Setelah sepeda jadi kita lenjut ke perjalanan, lalu kita sampai di Polres Cilacap di sana terlihat sangat sepi dan tidak ada polisi lalu tanpa basa-basi kita berempat masuk dan menuju tempat yang digunakan untuk ujian tes riding SIM C saat hampir keluar dari polres tiba-tiba ada seorang polisi keluar dari pintu dan.
“hey,,,!” teriak seorang polisi.
“haaaaa,,,!!!” kita semua berteriak dan langsung meninggalkan polres.
Kita mengayuh sepeda dengan kencang karena takut dikejar oleh polisi, padahal kita tidak melakukan apa-apa hanya masuk ke tempat ujian tes riding SIM tanpa ijin, tapi nggak ada waktu buat nego sama polisi.
Setelah keluar dari polres kita lanjut melewati Jalan Perintis Kemerdekaan. Di Jalan perintis kemerdekaan kita mampir ke rumah Nabiel, ketua kelas di XII IPA 2. Sebenernya rada nggak enak bertamu malem-malem, tapi ya udah lah ngikut aja. Ngobrol-ngobrol dulu makan snack sambil minum dan makin parah karena nggak tau malu minumnya minta nambah.
gambarnya juga Nabiel)
(yang ini jg, nah yg paling kiri pake baju merah tu yg paling cakep terus ke kanan ada
Satria
Dari pos pintu perlintasan kita lanjut ke Stasiun Kereta Gumilir tapi Cuma lewat nggak mampir. Trus balik lagi ke pertigaan, nah sebelum ke Tugu Lilin kita mampir ke Pos Polisi Gumilir yang ada di pertigaan disana ada dua Polisi yang baru slese tugas sebenernya kita mau nanya-nanya banyak dan pertanyaan pertama,
“Pak hari ini (sensor)?” tanya Satria dengan nada datar maaf pertanyaannya nggak bisa disebutin takut ada polisi yang baca.
“hah..?” ucap salah seorang polisi tak menanggapi pertanyaan, sambil mengunci pintu pos
“Pak pelangaran yang paling sering apa Pak? Boleh minta fotonya Pak? Tanya lagi
“ah.. besok saja sudah malam” jawabnya tanpa memandang wajah kita dan meninggalkan pos begitu saja. Sebenernya kita sedikit kecewa tapi ya sudah lah. Dan akhirnya kita naik ke tugu lilin pertamina tapi sebelum itu kita muter-muter di tugu (nggak jelas sih kayak org aneh).
Tuesday, 9 March 2010
Jomblo atau Punya Pacar
Tapi mereka yang pro jomblo seolah bangga dengan kejombloanya dengan nulis kalimat itu dan menganggap mereka yang pacaran itu telah melakukan tindakan yang bodoh. Tapi buat mereka yang pacaran dan mengetahui kalimat-kalimat yang ditulis para jomblo pasti akan bilang “aahh... alesan aja bilang aja iri ngejomblo ngga punya pacar” dan bagi mereka yang berpacaran juga akan membela diri dengan mengatakan “pacaran tuh lebih enak jadi ada yang perhatiin, ada yang slalu ngingetin, ada yang slalu suport dan kasih semangat” dan lain-lain. Lalu bagaimana baiknya berpacaran atau tetap jomblo?
Masing-masing orang punya pilihannya sendiri, punya tujuan hidup yang berbeda-beda dan punya rencana yang berbeda untuk hidupnya jadi tetaplah pada pilihanmu sendiri dan jangan menganggap pilihanmu yang paling baik karena itu bisa menyakiti perasaan orang lain. Tapi bukan berarti itu merestui sesuatu tindakan dalam tanda kutip aku ngga bisa jelasin lagi. Tanya lah pada hati nurani karena setiap manusia terlahir dengan hati yang bersih dan semua orang itu baik, tapi kebaikan itu hanya tertutupi. Yang ada di sini hanya sekedar tulisan dan ngga bermaksud apa-apa.
Tuesday, 2 March 2010
birthday IV
Terukur waktu setiap hela nafas
Teringat usiaku setiap darah yang mengalir deras
Menuntutku tuk slalu bekerja keras
Karena jalanku sangat terbatas
Ku rangkai asa dengan satu harapan
Kedua orang tua ku jadi satu acuan
Tuk jalani hidup sebagai pedoman
Mereka yang ajari ku kehidupan
Yang tak pernah tertulis di buku panduan
Selama hidup masih berjalan
Tak ada alasan tuk dikeluhkan
Berusaha tuk perbaiki kesalahan
Sebelum awan jingga menjelang
Di hari lahirku yang kini terulang