Thursday 19 August 2010

suspect DHF (stage 3)

Lalu mereka datang membawa logam runcing itu. Mereka para perawat di puskesmas itu seolah seperti malaikat penjaga neraka yang akan segera menyiksa saya. Hidup saya seolah sungguh berakhir di sini, ini adalah ketakutan saya yang nomor 7. Jarum suntik, logam mengkilap itu dengan segera pasti akan menembus kulit saya hingga masuk kedalam pembuluh vena saya. Dan saat itu pun dimulai, jarum infus itu di tancapkan di tangan kiri saya (AAAAAAAAAAAAA....!!!! saya berteriak sekeras mungkin dalam hati tapi). 

Tapi sayang tenyata jarum itu tidak masuk tepat pada pembuluh vena saya dan terpaksa si runcing yang mengkilap itu harus menusuk kulit saya untuk yang kedua kalinya. Menjerit dalam hati, mengigit bibir sambil menahan sakit dan tiba-tiba sebutir kristal cair itu keluar menjelajahi pipi di wajah saya.

"lho kok nangis, kalau ada pacarnya apa nggak malu?" kata salah satu perawat.
saya hanya mengeluarkan senyum yang tertahan jeritan.

Ini adalah malam yang pertama saya di puskesmas. Saya di rawat d IGD karena semua kamar sudah penuh, dalam hati saya bertanya. 

"Kenapa masih belum cukup memadai?"

Keadaan puskesmas sebagai tempat untuk sandaran kebutuhan akan kesehatan masyarakat di sekitarnya memang masih kurang dari yang di harapkan. Saya terbaring di sebuah tempat tidur tanpa sprei dan ada bercak darah dimana-mana. Saya membayangkan, mungkin di suatu hari sebelumnya entah kapan pernah ada pasien yang juga sedang menderita dengan cobaannya mungkin lebih parah keadaannya dibanding dengan saya mungkin lukanya terasa sangat sakit. Saya mungkin tidak akan pernah tahu siapa pemilik luka dari bercak darah ini, yang saya tahu mungkin rasa sakitnya yang tak bisa saya bayangkan bagaimana. Mungkin lebih sakit dari tusukkan jarum suntik yang saya takuti. Lalu saya menyadarinya, betapa pengecutnya saya dan betapa malunya saya dengan rasa takut serta sakit itu.

Atap puskesmas yang berlubang membuat rasa takut saya datang kembali. Ini adalah rasa takut saya yang nomor 1, perasaan itu...
(bersambung)

No comments: