Monday 12 April 2021

Platonic Love, Jogja - Solo

 Kisah ini menceritakan sepasang muda mudi yang berteman dekat, tidak pernah mengikat dengan status pacaran, tapi secara tidak sadar mereka sudah melibatkan perasaan. Pukul delapan malam, waktu itu Arya sedang menonton film di laptopnya sambil makan. Tiba-tiba ada suara telepon bergetar dan berdering dengan suara nyaring. Ia lalu bangkit dari tempat duduknya dan menggapai handphonenya yang diletakan di atas drawer kecil di pojok kamar kost yang berukuran 3x3 meter persegi.

Bunyi telepon itu berasal dari seorang perempuan bernama Ganis. Mereka berteman cukup dekat hingga sering dijodoh-jodohkan oleh teman mereka.

“Halo, ada apa Nis?” Sapa Arya.

“Ar, aku kehabisan tiket kereta prameks gak bisa pulang ke Jogja.” 

“Hah... Serius? Terus ini kamu di mana?”

“Iya, ini aku masih di Stasiun Solo. Tadi aku main sama temen-temenku tapi mereka semua udah pulang duluan ke rumah masing-masing.”

“Terus ini kamu mau nginep di stasiun? Enggak dong, enggak mungkin kan?”

“Aku gak tau, aku takut kalo ke luar stasiun. Tadi aku udah coba cek taxi online di aplikasi mahal banget kalo ke Jogja, gak cukup uangnya.”

“Kamu gak coba nginep di tempat temen-temen kamu aja?”

“Tempat tinggal mereka juga bukan asli dari Solo Ar, kita emang sengaja ketemuan aja di sini.”

Sambil menjawab telepon, Arya menyambungkan headset ke handphonenya dan memasangkannya di telinga. Lalu dia bergegas melipat laptopnya, menghentikan makannya, mengambil jaket, dua helm dan mengunci pintu kamar kostnya. Dia masuk ke garasi kost, mengeluarkan motor dan langsung menyalakannya. Arya langsung berangkat dari kost menuju ke Solo malam itu juga.

“Terus kenapa telpon aku? Tanya Arya.

“Ya pokoknya kamu harus temenin aku ngobrol dulu, aku masih bingung. Kalo bisa temenin ngobrol sampe pagi pokoknya.”

“Buset mau ngobrol apa sampe pagi? Gosong ntar telingaku kepanasan.”

“Bodo amat, aku gamau tau. Ehh ini kok suaranya berisik banget, kamu lagi di mana sih?”

“Ohh sorry..sorry, ada suara angin ya? Ini kipas kamar kostku aku deketin, gerah banget di kostan.”

Menyadari bahwa Ganis terganggu dengan suara angin selama perjalanan naik motor, Arya menyelipkan microphone headsetnya ke dalam helm. Perjalanan yang ditempuh berlangsung sekitar satu jam empat puluh menit hampir dua jam dari Jogja ke Solo. Lamanya perjalanan tidak terasa karena obrolan terus berjalan tanpa terputus. Banyak orang bilang kalau kita ngobrol dengan orang yang cocok dan obrolanya menyenangkan, waktu akan terasa begitu singkat. Dan mungkin itu yang terjadi dengan mereka.

Setelah sampai di Stasiun Solo Balapan, Arya lantas memarkirkan motornya, lalu masuk ke stasiun sambil mencari Ganis. Dia berharap agar Ganis tidak langsung mengetahui lokasi keberadaannya saat itu. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya Arya menemukan Ganis yang sedang duduk di tempat yang biasanya digunakan penumpang yang sedang menunggu kereta. 

Seperti biasanya Arya adalah sosok laki-laki yang penuh dengan teori-teori omong kosong dan selalu mempermainkan logika lawan bicaranya. Tiba-tiba Arya mengalihkan topik obrolan dan berusaha membawa Ganis masuk ke arah obrolan yang dia karang sendiri.

“Ehh oiya Nis, kamu tau gak tentang teori time slip?”

“Apaan tuh? Kok jadi ngomongin time slip?”

“Jadi teori time slip itu adalah fenomena yang memungkinkan kita untuk berpindah tempat dengan jarak yang jauh dalam waktu singkat. Jadi kaya ada semacam portal worm hole yang bisa menghubungkan dari satu tempat ke tempat lain gitu.”

“Kamu abis nonoton film sci-fi lagi ya? Mana ada fenomena kaya gitu, kalo ada fenomena kaya gitu aku pulang ke Jogja sekarang pake teori asal-asalan kamu itu.”

“Dihh gak percaya, itu Doraemon punya pintu ajaib bisa ke mana aja.”

“Ya itu kan cuma ada di film kartun anime Jepang, di kehidupan nyata gak ada Ar.”

“Kalo beneran ada, terus aku bisa pindah tempat dari Jogja ke Solo kamu mau apa?”

“Aku mau tabok muka kamu!”

Setelah mendengar jawaban Ganis, percakapan terhenti selama tiga detik persis seperti durasi iklan youtube yang tidak bisa diskip. Dan Arya mulai sedikit ragu ketika akan melanjutkan percakapannya lagi.

“Hmm... Nis, aku sebenernya sekarang ada di belakang kamu kira-kira tujuh langkah dari tempat kamu duduk sekarang. Tapi kayanya aku mau pulang lagi ke Jogja deh, mukaku masih belum siap kalo harus ditabok.”

Mendengar ucapan itu Ganis langsung berdiri lalu membalikan badan dan benar saja, ada Arya yang sedang berdiri dengan tangan kanan yang dimasukan ke dalam kantong jaket dan tangan kiri yang masih memegangi microphone headsetnya.

"Ehh.. Aryaaa...!!!" Teriak Ganis.

Di adegan ini saya skip saja ya, saya serahkan kepada kalian kira-kira apa yang terjadi sesuai dengan imajinasi kalian yang membaca. Atau bayangkan saja tiba-tiba ada musik masuk terus joget-joget seperti adegan di film-film india.

Akhirnya mereka bertemu, Arya lalu melepas headset dari handphonenya, memasukkannya ke dalam kantong celana dan kembali melanjutkan percakapan sambil mengajak Ganis berjalan keluar dari stasiun.

“Nih aku sampai di Solo, benerkan teoriku soal time slip? Hahahaa”

“Apaan? Time slip kok dua jam baru nyampe."

"Ehh... emang dua jam, kok aku ngrasa baru dua menit ya. Kayanya kita beda dimensi waktu deh."

"Terserah kamu aja deh Arr."

“Hahahaa... Gimana tadi suara kipas angin di kost ku, kenceng banget kan?”

“Itu tadi suara kamu lagi di jalan ya, aku kirain malah kamu angkat teleponnya emang dipinggir jalan.”

“Enggak dong, masa aku angkat telpon di pinggir jalan. Aku bawa helm dua, kita mau ke mana? Mau muter-muter Solo atau pulang ke Jogja?”

“Hmm.. Muter-muter Solo dulu abis itu pulang ke Jogja.”

“Loh salah satu dong, kan itu tadi aku minta kamu buat milih.”

“Emang kalo aku cuma milih muter-muter Solo aja terus kita gak pulang ke Jogja? Terus mau ngapain? Hah!”

“Ehh iya, bener juga sih ya kita tetep pulang. Sorry-sorry, aku yang salah ngasih opsi kayanya.”

“Emang! Wlee..”

"Ehh ini aku gak jadi ditabok kan?"

"Mau?"

“Enggak..enggak, yaudah yuk muter-muter dulu deh!”