Saturday 28 August 2010

suspect DHF (Final)

Dan hari ini Senin pagi menjadi hari pertama saya di RSI Fatimah setelah saya di pindahkan dari puskesmas. Sampai saat ini saya masih terus berusaha untuk sembuh sesegera mungkin dengan melakukan apa pun yang saya mampu, target saya hari ini adalah menghabiskan jus jambu biji merah yang sudah disediakan di atas meja. Perjalanan menembus waktu terasa semakin lama saya rasakan, entah menuju masa depan yang seperti apa? Saya masih dalam perjalanan dan menikmatinya sekarang.



Karena terlalu banyak minum jus jambu dan air putih membuat saya harus keluar masuk kamar kecil dan untuk itu saya harus berjalan menelusuri koridor rumah sakit menuju kamar kecil yang berada di kamar paling ujung. Di setiap langkah yang saya pijak, saya melihat banyak orang yang tertidur di sepanjang koridor. Saya menduga mungkin orang-orang ini adalah bagian dari keluarga yang salah seorang dari mereka kini sedang sakit seperti yang sedang saya alami. Saya yakin dalam benak mereka tak ada yang menginginkan keadaan seperti ini. Setiap dari mereka pasti mengharapkan tempat untuk tidur yang nyaman, bukan di koridor rumah sakit yang dingin dan aroma obat yang menyengat. 

Atau mungkin mereka justru tidak akan bisa tidur dalam kamar yang hangat dan nyaman layaknya hotel berbintang sekali pun karena teringat ada salah satu dari keluarga mereka yang sedang sakit. Sungguh tak bisa dipercaya, ini ajaib, pengorbanan mereka yang setia menemani dan mensuport bagian dari keluarga yang sedang sakit agar cepat sembuh. Dari sini saya belajar betapa berartinya orang terdekat melebihi pelayanan hotel berbintang, hunian megah atau sesuatu yang mewah di dunia ini. Dan kembali kepada diri saya sendiri, disana ada orang tua saya yang juga masih menemani saya dalam perjuangan saya melawan virus dengue dan saya harus segera sembuh demi mereka.

Malam ini saya dipindahkan ke kamar lain. Karena saya mengeluhkan toilet yang jauh dari kamar saya. Saat saya di pindahkan tiba-tiba kedua bola mata saya terpaku pada tulisan "suspect DHF" dan saya terkejut "Hah suspect DHF??" saya tercengang melihat tulisan itu di resep obat saya, saya sedikit panik dengan penyakit yang saya derita karena saya benar-benar tidak tahu bahkan belum pernah saya mendengar istilah itu. Apa sebenarnya suspect DHF? Iya.. Itu hanya istilah dalam kedoteran. Suspect DHF atau Dengue Haemorhagic Fever adalah nama lain dari gejala demam berdarah.

Selasa pagi, saya sudah mulai merasa agak lebih baik tetapi dokter dan perawat masih belum mengijinkan saya untuk pulang. Kali ini saya berada di satu kamar rawat inap dengan seorang kakek yang menderita sakit typus. Kakek itu sudah lebih dulu menginap sebelum saya, tampaknya beliau sudah tidak jenak dengan suasana rumah sakit dan ingin segera pulang, tapi mungkin kakek itu lupa bahwa yang seharusnya ia inginkan adalah kesembuhan sehingga ia diijinkan untuk pulang.

Malam ini saya dikejutkan oleh kedatangan teman-teman saya di rumah sakit mereka adalah Elsa(Egga), Satria, Gunawan, Iskandar, Lukman, Anton dan Wima. Seketika suasana tiba-tiba berubah menjadi ramai apalagi Satria yang mulutnya tak bisa berhenti mengeluarkan suara. Setelah kedatangan mereka saya jadi semakin ingin cepat sembuh agar segera keluar dari rumah sakit ini. Saya mencoba untuk mematuhi kata dokter dengan teratur makan, minum dan tak lupa membaca do'a yang tertempel di dinding rumah sakit untuk kesembuhan saya.

Paginya ada Guru wali kelas saya Bu Riana, Bu Dilla(Guru Bhs. Inggris) dan beberapa teman sekelas Novita, Diah, Farin, Faizal(makybo), Nabiel, Elsa dan Satria. Dan mereka semua membuat saya menjadi ingin segera pulang dan kembali ke sekolah. Keyakinan saya untuk segera sembuh menjadi semakin kuat ini seperti Mind Power Hyposis Healing yang terkontrol 80% dari pikiran bawah sadar. 


Lalu tiba-tiba kabar mengejutkan pun datang malam ini tepat enam hari terhitung dari hari Jumat ketika gejala sakit ini muncul, saya diperbolehkan untuk pulang. Saya berhasil Mengalahkan DHF enam hari kurang dari satu minggu. Saya percaya bahwa kesembuhan berasal dari dalam tubuh diri sendiri setiap individu dan kesembuhan itulah yang akan mengantarkannya pulang ke rumah bukan karena obat atau diagnosa dokter sehingga mendapatkan ijin untuk pulang. Dokter adalah manusia yang menjadi jembatan untuk kesembuhan dan keputusan untuk menyebrang berada ditangan pasien lalu yang menentukan sampai atau tidaknya pada ujung kesembuhan adalah Yang Maha Kuasa.

Dan hari kamis pagi saya kembali ke sekolah.

Sunday 22 August 2010

suspect DHF (stage 4)

Perasaan itu sungguh membuat saya takut. Malam itu saya sulit untuk tidur, tebayang di pikiran saya ada malaikat yang datang keluar dari atap plafon yang berlubang lalu menjabat tangan saya serta memeluk ruh dalam jazad saya. Lalu saya sadar kembali saya bertekad untuk sembuh dengan segera karena masih banyak hal yang harus saya lakukan.


Dan yang saya tahu, seorang penderita demam berdarah akan kekurangan cairan karena virus yang masuk ke tubuh saya akan menyerang monosit salah satu tipe sel darah putih yang membangun sistem kekebalan tubuh. Virus yang ada di dalam tubuh saya ini akan berkembang dan mengeluarkan zat racun yang merusak sel endotel-sel kapiler pembuluh darah. Akibatnya permeabilitas pembuluh darah tinggi, mudah bocor, dan cairan dalam pembuluh darah mudah keluar ke jaringan ikat di sekitarnya. Akhirnya, pembuluh darah kekurangan cairan dan saya pun menjadi lemas serta pusing. Dan saat itu juga saya mencoba untuk meminum air putih lebih banyak lagi sesering mungkin dan semampu yang saya bisa agar saya tidak kekurangan cairan. Malam itu saya pun menjadi sering keluar masuk kamar kecil dan harus berulang kali ganti pakaian karena keringat yang terus-terusan keluar.

Senin pagi dokter kembali memeriksa saya dan membawa hasil tes laboratorium dari sampel darah yang kemarin diambil dan hasilnya menyedihkan. Trombosit yang ada dalam tubuh saya berkurang dan jauh dari normal padahal pagi itu saya sudah merasa lebih nyaman karena demam saya sudah turun pusing di kepala pun sudah hilang tetapi dokter berkata lain. Pagi itu juga saya dirujuk ke Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap karena kadar trombosit saya yang jauh dari normal. Hari ini hari pertama saya tidak masuk sekolah setelah hari sabtu kemarin saya ijin pulang.

Setelah sampai di RSI Fatimah saya langsung menuju IGD sebelum menuju kamar rawat inap. Di sebelah saya hanya di tutupi sekat dari kain ada pasien lain. Dia perempuan, mungkin masih SMP dengan keadaan masih mengenakan seragam dia menangis kesakitan di hadapan ibunya yang juga ada di situ dan sebagai ibu melihat anaknya yang sedang menderita tentu saja ikut bersedih melihat keadaan anaknya. Anak itu menangis sambil meminta maaf kepada ibunya, mungkin dia telah melakukan kesalahan hingga membuatnya sakit dan merepotkan ibunya. Melihat hal itu saya tiba-tiba saya juga merasa bersalah dengan orang tua saya karena tidak bisa menjaga kesehatan dan akhirnya jatuh sakit, saya beranggapan mungkin anak itu tidak sarapan pagi dan saat mengikuti upacara di sekolah dia sakit perut atau pingsan. Lalu ibunya keluar dan menelepon suaminya, ayah dari anak itu sambil menahan isak tangisnya. Tiba-tiba ada perawat datang dan mengantarkan saya ke kamar yang sudah disediakan...
(bersambung)

Thursday 19 August 2010

suspect DHF (stage 3)

Lalu mereka datang membawa logam runcing itu. Mereka para perawat di puskesmas itu seolah seperti malaikat penjaga neraka yang akan segera menyiksa saya. Hidup saya seolah sungguh berakhir di sini, ini adalah ketakutan saya yang nomor 7. Jarum suntik, logam mengkilap itu dengan segera pasti akan menembus kulit saya hingga masuk kedalam pembuluh vena saya. Dan saat itu pun dimulai, jarum infus itu di tancapkan di tangan kiri saya (AAAAAAAAAAAAA....!!!! saya berteriak sekeras mungkin dalam hati tapi). 

Tapi sayang tenyata jarum itu tidak masuk tepat pada pembuluh vena saya dan terpaksa si runcing yang mengkilap itu harus menusuk kulit saya untuk yang kedua kalinya. Menjerit dalam hati, mengigit bibir sambil menahan sakit dan tiba-tiba sebutir kristal cair itu keluar menjelajahi pipi di wajah saya.

"lho kok nangis, kalau ada pacarnya apa nggak malu?" kata salah satu perawat.
saya hanya mengeluarkan senyum yang tertahan jeritan.

Ini adalah malam yang pertama saya di puskesmas. Saya di rawat d IGD karena semua kamar sudah penuh, dalam hati saya bertanya. 

"Kenapa masih belum cukup memadai?"

Keadaan puskesmas sebagai tempat untuk sandaran kebutuhan akan kesehatan masyarakat di sekitarnya memang masih kurang dari yang di harapkan. Saya terbaring di sebuah tempat tidur tanpa sprei dan ada bercak darah dimana-mana. Saya membayangkan, mungkin di suatu hari sebelumnya entah kapan pernah ada pasien yang juga sedang menderita dengan cobaannya mungkin lebih parah keadaannya dibanding dengan saya mungkin lukanya terasa sangat sakit. Saya mungkin tidak akan pernah tahu siapa pemilik luka dari bercak darah ini, yang saya tahu mungkin rasa sakitnya yang tak bisa saya bayangkan bagaimana. Mungkin lebih sakit dari tusukkan jarum suntik yang saya takuti. Lalu saya menyadarinya, betapa pengecutnya saya dan betapa malunya saya dengan rasa takut serta sakit itu.

Atap puskesmas yang berlubang membuat rasa takut saya datang kembali. Ini adalah rasa takut saya yang nomor 1, perasaan itu...
(bersambung)

Wednesday 18 August 2010

suspect DHF (stage 2)

Tiba-tiba saya merasa lemas, seolah seluruh tubuh saya melumpuh seketika itu juga. Di jam istirahat saya meminta surat ijin pulang kepada guru yang piket. Saat itu saya berencana untuk pulang ke kampung halaman, yah saya langsung pulang kampung tanpa pulang ke rumah kost terlebih dahulu saya berencana untuk istirahat total di rumah.

Sesampainya di rumah saya diminta orang tua saya agar berobat dan saya berobat di balai pengobatan terdekat. Dan dari hasil diagnosisnya saya terkena tekanan darah rendah hipotensi(tapi ternyata diagnosis ini hanyalah awal dari pemanasan menuju derita yang sesungguhnya,, wuih ngeri banget kan yah..). Setelah menebus obat saya pulang untuk meminum obat tersebut dan beristirahat.

Hari minggu pagi saya terbangun dan keadaan masih tetap sama, saya masih merasa pusing dan lemas. Di setiap menit yang saya lalui di rumah terasa lebih lama dari biasanya. Dan di malam itu lah tiba-tiba saya merasakan demam yang membuat tubuh saya bergetar dan baru pertama kalinya saya merasakan demam yang seperti itu, lalu ayah saya membawa saya untuk berobat lagi ke dokter di tempat yang berbeda dari tempat berobat sebelumnya. 

Di tengah guyuran hujan deras pada malam itu, sambil menahan dingin kami berangkat dan sesampainya disana ternyata diagnosis kali ini berbeda dari sebelumnya, dokter berkata bahwa ini gejala demam berdarah. Saat itu dokter memasangkan tensimeter di lengan kanan saya dan menahannya sampai beberapa menit hingga saya merasakan kesemutan, lalu tiba-tiba bintik-bintik itu muncul. Bintik-bintik itu terlihat merah kehitaman membungkus lengan kanan saya di setiap pori-pori tangan, semakin lama bintik-bintik itu terlihat semakin mengerikan seolah terlihat seperti mata jarum yang akan menembus keluar dari pori-pori kulit saya.
Saat mendengarkan vonis dokter tiba-tiba pikiran saya kosong dan semua seolah berhenti ternyata diagnosis yang kemarin itu salah(di adegan inilah biasanya alunan musik yang menyedihkan diputar)

Dan akhirnya saya pun di rujuk ke puskesmas terdekat untuk perawatan lebih lanjut malam itu juga. Malam itu adalah malam yang paling gelap bagi saya, seolah-olah semuanya sudah hampir selesai. Sesampainya di puskesmas saya masuk di instalasi gawat darurat, lalu...
(bersambung)

suspect DHF

Hah suspect DHF?? saya tercengang melihat tulisan itu di resep obat saya, saya sedikit panik dengan penyakit yang saya derita karena saya benar-benar tidak tahu bahkan belum pernah saya mendengar istilah itu. Apa sebenarnya suspect DHF? Iya.. Itu hanya istilah dalam kedoteran dan karena penyakit itu saya terpaksa harus merasakan pengalaman meginap di rumah sakit. kisah itu berawal dari(tuing..tuing..tuing.. seolah membayangkan sesuatu, memandang keatas seperti adegan di film-film).

Beberapa hari sebelumnya...

Hari Jumat sore tepat setelah usai sekolah saya, Elsa, Satria, Iskandar, Gunawan, Wima dan teman-teman SMA yang lain bermain rugby di Pantai Teluk Penyu Cilacap. Itu adalah kegiatan mengumpulkan lelah dan keringat yang kerap kami lakukan untuk menghindari stress karena sebentar lagi kami menghadapi UN dan sesekali kami berenang di tepian pantai setelah kelelahan bermain. Dalam keadan basah bertabur pasir pantai dan lengketnya air garam kami pulang saat matahari hampir tenggelam serta senja yang bersiap menyambut malam.

Saya dan Elsa adalah teman satu kost di Cilacap dan kami juga mempunyai satu teman kost yang juga guru SMA kami dia adalah Pak Uun. Sampai di rumah kost ternyata kamar mandi sedang dipakai Pak Uun itu artinya kami harus mengantri menunggu sampai selesai. Dan..!!

Sejak sore itu lah saya mulai merasa tidak enak badan, awalnya saya mengira ini hanya semacam gejala flu ringan akibat kelelahan. Dan setelah mandi kami makan bersama di depan televisi, setelah itu saya pergi mengikuti les bimbingan belajar. Di tengah perjalanan menuju tempat les dengan sepeda motor berkecepatan sedang tiba-tiba angin menyapu jalan dan malam itu terasa sangat dingin sekali. Sepulang dari tempat les saya menyempatkan untuk membeli obat masuk angin di warung. Setelah sampai di kost saya meminum obat itu lalu menonton televisi karena malam itu ada film "The Transporter", itu adalah film action yang membuat saya kagum melihat aksi Jason Statham pemeran utama "The Transporter"(bodohnya ngga enak badan bukannya tidur malah begadang nonton film ). Untungnya malam itu Pak Uun sudah istirahat lebih dulu, karena biasanya Pak Uun selalu begadang menonton televisi sampai tertidur. Dan malam itu saya puas-puaskan menonton aksi Jason Statham.

Paginya pada hari sabtu saya kaget karena tiba-tiba saya terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat. Dan semakin pusing ketika saya mencoba berdiri. Saat itu saya tetap memaksakan untuk tetap berangkat sekolah dengan mengandalkan obat yang tadi malam saya beli dan saya berharap keadaan akan segera membaik sehingga saya dapat mengikuti pelajaran seperti biasanya(semakin bodoh,, pertama ngga nyadar bangun pagi pusing gara2 begadang, yg kedua nekat berangkat sekolah padahal pusing makin parah, yg ketiga ngarep pusingnya ilang pake obat tapi tetep sekolah dan ngga istirahat,, ya ngga mungkin sembuh lah bambank liat aja entar)

Ternyata di sekolah di jam pelajaran juga disinggung tentang acara televisi tadi malam, hahaa.. saya sedikit tertawa mendengar cerita guru saya Pak Tarno ketika menceritakan film "The Transporter" tadi malam. Tapi tiba-tiba... (bersambung)

Monday 16 August 2010

Tears


Tears dalam bahasa ingggris berarti air mata, tahu kah anda betapa air mata itu sangat berbahaya dan sangat mengerikan sperti layaknya senjata perang?


Baiklah saya akan menjelaskanya lebih lanjut, air mata akan keluar ketika seseorang menangis. Air mata yang saya maksud berbahaya adalah air mata yang keluar dari tangisan seorang wanita. Mereka para wanita sungguh menakutkan, kekuatan mereka benar-benar mengerikan dengan senjata pamungkasnya “menangis”. Benar.. menangis adalah senjata andalan mereka, karena tidak bisa dipungkiri bahwa tidak ada pria yang sanggup melihat wanita yang sedang menangis. Tahu kah kenapa? Karena kasihan atau simpati. Bukan.. bukan karena kasihan, simpati, peduli atau yang sejenisnya, tapi karena pria tidak sanggup melihat wajah dari tangisan mereka yang (saya tidak berani menuliskannya, takut kalau ada wanita yang membaca dan langsung menangismad sad). Coba saja sekilas bandingkan struktur anatomi wajah mereka yang normal tanpa tangisan air mata. Wajah mereka yang berseri nan indah di pandang dengan senyumannya yang menyejukan hati seolah tak lagi diperlukan AC penyejuk udara dalam kamar yang pengap dan berantakan apa lagi hanya sebuah kipas angin kecil yang baling-balingnya tak mampu lagi berputar dengan seimbang bahkan terlihat hampir copot (tiba-tiba saya teringat suatu tempat dimana saya tidurconfused), cukuplah secarik foto wajahnya yang indah yang menepel pada dinding akan membuat suasana indah nan sejuk, harum dan menenangkan. lol

Lalu sekarang bandingkan dengan struktur anatomi wajah mereka yang hampir menangis, biasanya ada tahapan-tahapan dari tanda-tanda wanita yang akan mengeluarkan senjata mematikannya itu yang kaum pria sebut itu dengan “menangis”. Tanda-tanda pertama yang muncul adalah mulai terlihat hidung yang tampak membesar dan warnanya berubah kemerahan biasanya juga disertai keluarnya cairan seperti lendir (mungkin ini racunnyaquestion). Lalu bibir mereka yang indah merah merekah terlihat bergetar dan melebar, dari sini sudah mulai terlihat bahwa mereka akan segera melancarkan serangan. Selanjutnya di setiap sudut wajah merekan akan tampak kerutan di dahi, pipi, dagu dan semua sudut wajah dan anda pun akan mulai kesulitan mengenali mereka karena tiba-tiba mereka seolah berada di usia yang berbeda dengan anda, mereka akan tampak (kalau dibilang “tua” kira-kira evil marah ngga yah,, ahh mending ngga usah dehneutral).

Dari perubahan wajah yang sangat berbeda itu anda akan mulai merasakan atmosfir perang yang luar biasa, lihat lah sekali lagi wajah mereka sungguh berbeda dari sebelumnya bahkan teknologi kamera tercanggih dengan face detection pun akan kesulitan membedakan wajah manusia dan objek benda apa lagi teknologi kunci pengaman face recognition pasti akan langsung error dan rusak atau mengira bahwa orang ini adalah orang asing bukan dari bumi. Tanda-tanda selanjutnya adalah terlihatnya kaca-kaca yang tampak bergetar dan hampir pecah di kedua bola mata merekaeekeek, ya.. kedua bola mata mereka telihat berkaca-kaca dan ini adalah tahapan yang paling membahayakan karena kedipan dari kelopak mata mereka ibarat trigger senapan yang siap meluncurkan peluru dari revolver. Dan ketika saat itu tiba maka suara genderang perang pun akan terdengar sangat keras, suara itu akan terdengan dari bibir mereka yang sudah bergetar dari tadi lalu menganga dan mengeluarkan suara yang sungguh akan membuat anda tidak sanggup untuk mendengarkannya bahkan sejujurnya bila kedua daun telingga anda mampu berbicara mereka akan berkata “aku ingin menutup lubang telingaku” tapi apa daya daun telinga tidak bisa bergerak menutupi lubangnya dan bantuan dari kedua tangan pun menjadi andalan yang akan membantu meredam suara tangisan itu. Dan setelah itu serangan inti pun dimulai dengan satu kedipan kelopak mata maka meluncuran senjata itu. Yah.. itu adalah air mata dan sempurnalah serangan mereka dengan tangisannya yang membuat kaum pria tak berdaya mendengar suaranya apa lagi melihat wajahnya yang (lagi-lagi saya tidak sanggup menulisnya kalau saya tulis “jelek” takut ditampar, kalau saya tulis “mengerikan” takut ditendang, memang lebih baik tidak dituliswink). Bagi kaum pria akan sangat tidak menyenangkan memandang keadaan wajah mereka saat itu, sampai-sampai matapun akan menyuruh kelopak mata agar menutupinya di sini lah letak kelemahan sekaligus kekalahan kaum pria yang membuatnya tidak sanggup berdiri di depan wanita yang sedang menangis lalu tiba-tiba seluruh tubuh menunduk dan bibir pun mengkonfirmasikan kekalahan dengan ikrarnya sebagai berikutrolleyes.

“maaf.. aku minta maaf, aku akan melakukan apapun untuk mu agar kamu memaafkan ku (dan tentunya agar berhenti menanggiscry)”

Dan akhirnya berakhirlah peperangan itu, jadi saran saya jangan sampai anda membuat wanita bersedih apa lagi sampai mengeluarkan senjata mereka yang mengerikan itu.