Wednesday 18 August 2010

suspect DHF (stage 2)

Tiba-tiba saya merasa lemas, seolah seluruh tubuh saya melumpuh seketika itu juga. Di jam istirahat saya meminta surat ijin pulang kepada guru yang piket. Saat itu saya berencana untuk pulang ke kampung halaman, yah saya langsung pulang kampung tanpa pulang ke rumah kost terlebih dahulu saya berencana untuk istirahat total di rumah.

Sesampainya di rumah saya diminta orang tua saya agar berobat dan saya berobat di balai pengobatan terdekat. Dan dari hasil diagnosisnya saya terkena tekanan darah rendah hipotensi(tapi ternyata diagnosis ini hanyalah awal dari pemanasan menuju derita yang sesungguhnya,, wuih ngeri banget kan yah..). Setelah menebus obat saya pulang untuk meminum obat tersebut dan beristirahat.

Hari minggu pagi saya terbangun dan keadaan masih tetap sama, saya masih merasa pusing dan lemas. Di setiap menit yang saya lalui di rumah terasa lebih lama dari biasanya. Dan di malam itu lah tiba-tiba saya merasakan demam yang membuat tubuh saya bergetar dan baru pertama kalinya saya merasakan demam yang seperti itu, lalu ayah saya membawa saya untuk berobat lagi ke dokter di tempat yang berbeda dari tempat berobat sebelumnya. 

Di tengah guyuran hujan deras pada malam itu, sambil menahan dingin kami berangkat dan sesampainya disana ternyata diagnosis kali ini berbeda dari sebelumnya, dokter berkata bahwa ini gejala demam berdarah. Saat itu dokter memasangkan tensimeter di lengan kanan saya dan menahannya sampai beberapa menit hingga saya merasakan kesemutan, lalu tiba-tiba bintik-bintik itu muncul. Bintik-bintik itu terlihat merah kehitaman membungkus lengan kanan saya di setiap pori-pori tangan, semakin lama bintik-bintik itu terlihat semakin mengerikan seolah terlihat seperti mata jarum yang akan menembus keluar dari pori-pori kulit saya.
Saat mendengarkan vonis dokter tiba-tiba pikiran saya kosong dan semua seolah berhenti ternyata diagnosis yang kemarin itu salah(di adegan inilah biasanya alunan musik yang menyedihkan diputar)

Dan akhirnya saya pun di rujuk ke puskesmas terdekat untuk perawatan lebih lanjut malam itu juga. Malam itu adalah malam yang paling gelap bagi saya, seolah-olah semuanya sudah hampir selesai. Sesampainya di puskesmas saya masuk di instalasi gawat darurat, lalu...
(bersambung)

No comments: