Sunday 22 August 2010

suspect DHF (stage 4)

Perasaan itu sungguh membuat saya takut. Malam itu saya sulit untuk tidur, tebayang di pikiran saya ada malaikat yang datang keluar dari atap plafon yang berlubang lalu menjabat tangan saya serta memeluk ruh dalam jazad saya. Lalu saya sadar kembali saya bertekad untuk sembuh dengan segera karena masih banyak hal yang harus saya lakukan.


Dan yang saya tahu, seorang penderita demam berdarah akan kekurangan cairan karena virus yang masuk ke tubuh saya akan menyerang monosit salah satu tipe sel darah putih yang membangun sistem kekebalan tubuh. Virus yang ada di dalam tubuh saya ini akan berkembang dan mengeluarkan zat racun yang merusak sel endotel-sel kapiler pembuluh darah. Akibatnya permeabilitas pembuluh darah tinggi, mudah bocor, dan cairan dalam pembuluh darah mudah keluar ke jaringan ikat di sekitarnya. Akhirnya, pembuluh darah kekurangan cairan dan saya pun menjadi lemas serta pusing. Dan saat itu juga saya mencoba untuk meminum air putih lebih banyak lagi sesering mungkin dan semampu yang saya bisa agar saya tidak kekurangan cairan. Malam itu saya pun menjadi sering keluar masuk kamar kecil dan harus berulang kali ganti pakaian karena keringat yang terus-terusan keluar.

Senin pagi dokter kembali memeriksa saya dan membawa hasil tes laboratorium dari sampel darah yang kemarin diambil dan hasilnya menyedihkan. Trombosit yang ada dalam tubuh saya berkurang dan jauh dari normal padahal pagi itu saya sudah merasa lebih nyaman karena demam saya sudah turun pusing di kepala pun sudah hilang tetapi dokter berkata lain. Pagi itu juga saya dirujuk ke Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap karena kadar trombosit saya yang jauh dari normal. Hari ini hari pertama saya tidak masuk sekolah setelah hari sabtu kemarin saya ijin pulang.

Setelah sampai di RSI Fatimah saya langsung menuju IGD sebelum menuju kamar rawat inap. Di sebelah saya hanya di tutupi sekat dari kain ada pasien lain. Dia perempuan, mungkin masih SMP dengan keadaan masih mengenakan seragam dia menangis kesakitan di hadapan ibunya yang juga ada di situ dan sebagai ibu melihat anaknya yang sedang menderita tentu saja ikut bersedih melihat keadaan anaknya. Anak itu menangis sambil meminta maaf kepada ibunya, mungkin dia telah melakukan kesalahan hingga membuatnya sakit dan merepotkan ibunya. Melihat hal itu saya tiba-tiba saya juga merasa bersalah dengan orang tua saya karena tidak bisa menjaga kesehatan dan akhirnya jatuh sakit, saya beranggapan mungkin anak itu tidak sarapan pagi dan saat mengikuti upacara di sekolah dia sakit perut atau pingsan. Lalu ibunya keluar dan menelepon suaminya, ayah dari anak itu sambil menahan isak tangisnya. Tiba-tiba ada perawat datang dan mengantarkan saya ke kamar yang sudah disediakan...
(bersambung)

No comments: