Sunday 25 December 2016

Apa itu Ambigram? Bagaimana membuat Ambigram?




Apa itu ambigram?

Ambigram itu tulisan yang bisa dibaca dari dua arah atau diputer, pengertian secara gampangnya sih gitu. Nah kalo kata wiki

Ambigram adalah desain typografi atau seni yang bisa dibaca sebagai satu kata atau bahkan lebih jika kita melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.

Sumber WIkipedia.org

Typografi sendiri banyak macamnya yang sekarang lagi ngehits banget atau lagi ngetren itu Typografi Lettering. Saya sendiri sebenarnya tertarik dengan seni menulis Lettering ini tapi sangat perlu diperhatikan setiap detail dari susunan huruf yang digunakan dan saya masih perlu banyak belajar untuk itu.









Nah contoh lettering yang kaya gini

sumber gambar : google.com


Mungkin masih banyak lagi seni jenis-jenis seni typografi yang lain tapi yang akan saya bahas disini tentang ambigram saja dulu. Dan sekedar info yang perlu sekali kalian ketahui kalo ambigram itu sama sekali ga hubungannya dengan Instagram dan ini info yang sangat penting.

Kalo dari Douglas R. Hofstadter (Akademisi Amerika) memberikan definisi ambigram sebagai “Calligraphic design that manages to squeeze two different readings into the selfsame set of curves.”

Dari sejarahnya seni ambigram sendiri sudah berusia lebih dari 100 tahun. Ambigram tertua yang berhasil ditemukan dan berhasil didokumentasikan dibuat pada tahun 1893 tapi tidak menutup kemungkinan sudah ada orang lain yang lebih dulu membuatnya.

Adalah karya Peter Newell tahun 1893 pada halaman terakhir bukunya yang berjudul Topsys and Turvys dia menulis kata “THE END” yang bila dibalik akan terbaca “PUZZLE”. Dengan jeda yang cukup panjang sembilan tahun kemudian “Topsys and Turvys 2” diterbitkan. Peter Newell adalah seniman yang dikenal karena buku anak-anak dan ilustrasi untuk karya-karya Mark Twain dan Lewiss Carroll.

Bagi orang awam, pasti tidak tahu apa itu ambigram. Ya! karna memang istilah ambigram sangat jarang sekali kita dengar, tapi bagi orang yang sering berkutat di dalam dunia desain grafis, mungkin ambigram bukan suatu istilah yang asing lagi. Ambigram adalah suatu seni kaligrafi dimana gambar yang dihasilkan bukan hanya bisa dibaca dari satu arah, tetapi dari arah kebalikannya (diputar). Berikut saya tunjukan salah satu contoh tulisan ambigram yang paling terkenal :






Cover Novel Angels and Demons karangan Dan Brown



Bagaimana cara membuat ambigram?

Seniman ambigram disebut ambigramis dan membuat ambigram bukan hal yang mudah, tidak ada cara yang benar-benar umum atau pasti yang dipakai dalam proses pembuatan ambigram karena jenis-jenis ambigram pun bermacam-macam. Yang pasti untuk membuat ambigram membutuhkan kreativitas tinggi supaya dapat menggabungkan susunan huruf, pola serta letak hurufnya supaya dapat dibaca ketika diputar atau dibalik. Namun saat ini sudah mulai banyak aplikasi ambigram generator yang bisa digunakan untuk membuat ambigram. Berikut ini beberapa contoh ambigram yang saya coba buat sendiri.


fiky, rotational ambigram




briant
finda, mirror ambigram

Berbeda dengan jenis rotational ambigram yang dapat dibaca dengan kata yang sama diputar, mirror ambigram dapat dibaca dari berlawanan arah(kanan-kiri).
nadia x rizky, Symbiotograms

Symbiotograms, atau ambigram asimetris adalah ambigram yang memiliki dua kata yang berbeda jika diputar. Selain itu masih ada juga jenis ambigram seperti Circle Ambigram, Perceptual Shift Ambigram dan lainnya.


Nah kira-kira seperti itu dulu tentang ambigramnya untuk contoh ambigram yang lain mungkin bisa dicek di IG @rahmatdwis_ Gimana? Tertarik untuk membuat ambigram?

Saturday 19 November 2016

Diandra Nafira (Cewek Gamer)



 Hari selasa, harusnya gue hari ini ga ada kuliah tapi minggu lalu ada mata kuliah yang kosong karna dosennya ga berangkat akhirnga jam kuliah dipindah hari ini sebagai kuliah pengganti. Padahal gue hari ini juga ada jadwal ngisi parttime. Jadi kegiatan gue hari ini dimulai dari ngantri mandi jam 06.30 udah standby dengan handuk yang gue kalungin di leher. Kuliah dimulai dari jam 07.00 sampai 09.00 dua SKS abis itu gue lanjut ke kedai dan berubah wujud dari mahasiswa menjadi waiter parttimer.

Setelah gue mandi kemudian gue balik lagi ke kamar gue yang penuh dengan rajau. Iya ranjau, jadi di kamar gue banyak barang-barang yang sering lupa gue rapiin jadi kadang kaki ga sengaja nginjek isi stapler/hecter, kadang nginjek resistor/kapasitor, iya itu yang semacam komponen elektronik bentuknya kecil trus ada kaki-kakinya dari logam dan itu bisa nancep di telapak kaki bahaya banget kan kamar gue? Dari ganti baju, dandan seadanya kemudian gue berangkat.

Sesampainya di kampus gue cari ruang kuliah penggantinya dan ternyata ruangannya sudah penuh dengan mahasiswa junior gue yang berangkat lebih awal, iya mereka junior gue karna gue ngulang mata kuliah ini. Oiya letak kampus gue  ada di Jalan Persatuan dekat perempatan mirota kampus kalo tinggal di Jogja pasti tau. 


FMIPA Selatan
Kalo dilihat dari google map kaya gini kampus gue dulu yang bentuknya kaya letter E kebalik.
Kalo yang belakangnya yang bentuknya beneran letter E itu Kampus Teknik Mesin kalo ga salah sih.


Gue masuk ruang kuliah dari pintu belakang, ada empat pintu di ruang kuliah dua di sisi kanan dan dua lagi di sisi kiri. Gue duduk di barisan paling belakang, selama jam kuliah gue cuma bengong kemudian ambil henpon nyalain wifi dan browsing artikel-artikel yang menurut gue menarik, selama jam kuliah gue cuma sibuk dengan kegiatan gue sendiri. Setelah jam kuliah selesai gue kebingungan karna binder yang gue bawa masih kosong bersih tanpa goresan ballpoint, kemudian gue nepuk bahu junior gue yang duduk tepat di depan gue.

"bro pinjem bindernya bentar bro.." kata gue
"iya, ini mas." jawabnya singkat.
maklum lah, mungkin dia rada takut karna tau kalo gue mahasiswa angkatan lama yang pemalas padahal gue ga serem sama sekali dan biasanya mahasiswa angkatan baru masih nurut dan rajin mencatat jadi ya gue pinjem aja catetannya.
"cekrek.." suara shutter kamera henpon, gue jarang banget nyatet karna gue males jadi lebih sering difoto, foto copy atau copy materi soft filenya.
"Ini mas materi yang barusan aku masih ada copyannya." kata junior gue ngasih fotocopy meteri dan beberapa contoh soal.
"Grartisn nih?"
"Iya mas ambil aja, aku masih ada kok sisanya."
"Wah.. kamu baik sekali, semoga kamu cepat lulus ya."
"Hahaa.. iya semoga masnya juga."
"Halah.. tenang lakon ki lulus keri."
(halah.. tenang pemeran utama tuh lulusnya belakangan)
"Wahh hati-hati lho mas nanti ga lulus-lulus."
"Eits.. yo jangan, semester depan aku lulus kok hahaa..."
"Amin mas."
"Yaudah makasih ya fotocopy materinya, buru-buru nih."
"Iya sama-sama, mau kemana mas kok buru-buru? Ada kuliah lagi?"
"Enggak, aku ada jadwal part time duluan ya."
"Ohh.. yaudah ati-ati mas, sampai ketemu di GSP pakai toga ya mas."
Jarak dari kampus gue ke kedai tempat gue part time sebenernya ga terlalu jauh kira-kira sekitar enam menit pake motor. Alamat tempat kerja part time gue ada di Nikkou Ramen Jalan AM. Sangaji. Sampai di kedai gue ganti baju pake yukata dan berubah menjadi waiter. Gue kerja mulai dari jam sembilan pagi sampai hmm biasanya sih jam lima atau enam sore selesai. 

Kalo lagi ga ada pelanggan ya gini, foto-foto dulu biar punya kenang-kenangan :P
(sorry kualitas fotonya kurang bagus masih pake henpon jadul)

Biasanya gue cuma ambil jadwal part time Hari Selasa, Sabtu dan Minggu Hari Senin free trus Hari Rabu, Kamis, Jumatnya kuliah. Tapi kadang  gue juga ngambil jadwal Hari Kamis kalo misal lagi bokek, duit kiriman abis atau mau beli komponen elektronik buat mainan di kost tapi ga ada duit biasanya gue bolos kuliah Hari Kamisnya. Yah begitulah suka dukanya jadi mahasiswa perantauan ada bermacam-macam bentuknya terkadang harus cari jalan keluar untuk bisa bertahan hidup di kota orang yang jauh dari keluarga, ada yang cuma fokus sama kuliahnya ngejar IPK, ada yang sibuk dengan komunitas atau organisasi di kampus, ada yang sekedar hura-hura ga mikir apa-apa, dan lain-lain. Kamu mahasiswa? Mau menjadi mahasiswa yang seperti apa itu pilihan yang bebas kamu tentukan tapi semua pilihan pasti ada konsekuensinya. Pernah suatu hari gue ditegur salah satu temen gue gini.

"Heh Wan kowe ki kuliah kok ora melu organisasi po panitia opo kek ben ono kegiatan liyane."
(Heh Wan kamu tuh kuliah kok ga ikut organisasi atau panitia apa gitu kek biar ada kegiatan lainnya.)
"Halah dadi panitia entuk opo? paling nasi kotak ro sertifikat, mending aku ngisi part time entuk duit."
(Halah jadi panitia dapet apa? paling nasi kotak sama sertifikat, mending aku ngisi part time dapet uang.) gitu jawab gue. 

Tapi jangan ngikutin jawaban gue ya, itu contoh jawaban yang ngasal. Ikut organisasi itu penting, kamu bisa tambah teman baru, tambah wawasan, tambah ilmu, asal jangan tambah bego atau gila aja. Bisa bersosialisasi juga, banyak banget yang bisa kamu dapetin ketika kamu bisa berinteraksi dengan orang banyak. Waktu kuliah gue ikut beberapa organisasi tapi emang ga banyak dan itu diluar kampus cuma semacam komunitas bukan organisasi dari kampus gue sendiri selain itu gue juga lebih suka ikut seminar-seminar di kampus lain sekedar iseng aja soalnya boring kuliah di kampus sendiri. Gue ngisi part time dan ikut seminar di kampus lain karna gue sadar kekurangan gue sebagai seorang introvert yang anti-sosial karna itu gue berusaha agar bisa berinteraksi dengan orang lain, kalo orang jawa bilang namanya srawung, gitu. Biasanya pulang dari tempat kerja part time gue nongkrong dulu, minum kopi atau main billiard atau langsung pulang ke kost dan tidur. Tapi hari itu gue udah janji mau jemput Fira di kampusnya, katanya sih lagi ikut UKM(Unit Kegiatan Mahasiswa) di kampusnya. Sampai di depan kampus gue sms Fira.

"Nyonyah di sebelah mana?"
"Di GSP sebelah barat." bales fira lewat sms.
"Lohh ga jadi di kampus nyah? Yaudah saya ke situ."
"Enggak, maap lupa ngasih tau hehee."

Empat menit kemudian gue sampai di sayap barat GSP(Grha Sabha Pramana), gue menepi mematikan mesin motor dan mengedarkan pandangan gue di sekitar area GSP untuk menemukan Fira. Gue coba putar kepala gue dari kiri ke kanan menyisir setiap orang yang ada di GSP tapi masih belum gue temukan sosok Fira  yang gue kenal gue puter balik lagi pandangan gue dari kanan ke kiri berkali-kali sampai akhirnya gue putus asa dan takut leher gue patah karna gue puter bolak-balik berkali-kali. Tiba-tiba ada suara dari belakang.

"Mas..mas... nyariin siapa ya?"
"Duhh, dicariin dari tadi malah nongol dari belakang ke mana aja sih?"
"Itu aku duduk di bawah pohon sana itu loh."
"Kamu duduk di bawah pohon? Kok malah kaya ulet sih nempel-nempel di pohon."
"Hiihh..!!" bentak Fira sambil memukul bahu gue.
"Duh.. sakit Fir, yaudah yuk pulang."
"Kok pulang, aku laper belum makan ntar kalo aku kurus gimana?"
"Kamu kurus? Kayanya ga mungkin deh, yaudah mau makan dimana?"
"Cari penyetan aja yang penting makan deh."
"Baiklah, Sholat dulu ya mampir maskam(masjid kampus) udah maghrib nih."
"Oke."

Dari GSP kami ambil jalan memutar lewat belakang gedung GSP yang waktu itu sedang ada pembangunan gedung perpustakaan yang baru yang saat ini menjadi Perpus Pusat UGM. Lokasi maskam sendiri cukup dekat berada di sebelah timur tidak jauh dari gedung GSP.

"Aku tunggu di serambi depan aja ya."
"Lohh kamu lagi enggak?"
"Iya aku lagi dapet."
"Yaudah jangan main jauh-jauh ntar ilang."
"Brisik..!"

Setelah ambil air wudhu gue masuk maskam yang desainnya sendiri cukup unik seperti bentuk rumah joglo tanpa dinding di samping kanan dan kirinya, memiliki dua lantai dengan bagian atap berbentuk seperti limas yang meruncing ke atas. Di halaman depannya ada kolam berbentuk persegi panjang kemudian di depannya lagi ada semacam gapura dan tangga menurun menuju halaman parkir depan dan kalo dijabarkan setiap sudut area maskam akan jadi cukup panjang kalo gue tulis. 


MASKAM UGM
Kalo dilihat dari google map bentuk Maskam UGM kaya gini bentuknya.


Setelah gue selesai sholat gue samperin Fira dan kami mencari tempat makan yang berada di area sekitar kampus UGM, tempat makan dengan atap tenda di pinggir jalan dekat fakultas kehutanan. Gue duduk berdampingan di samping kanan fira di bangku panjang dan berhadapan dengan meja yang juga memanjang. Sebenernya gue lebih suka duduk saling berhadapan dengan Fira dari pada duduk berdampingan tapi karna di sisi bangku yang lain atau dihadapan gue sudah ada orang yang nempatin terpakasa gue duduk di tempat yang masih tersedia di sebelah Fira. Menurut gue aja sih lebih nyaman duduk berhadapan dari pada duduk berdampingan atau sebelahan, kenapa? Nih gue kasih tau. Kalo kamu punya pacar cowok karakternya bisa dilihat dari cara dia duduknya misal gini, kalo dia selalu duduk disebelah kamu tepat di samping kanan atau kiri berarti dia tipe cowok yang ga terlalu banyak bicara lebih banyak actionnya dan biasanya cowok yang kaya gini susah diajak ngobrol kan ga enak ngobrol tapi ga bisa saling menatap mata lawan bicara. Kebalikan dari itu kalo kamu ketemu cowok yang lebih memilih duduk berhadapan dengan tempat dudukmu biasanya cowok yang seperti ini tipe orang yang ingin mencoba berinteraksi lebih dengan kamu, lebih mudah diajak ngobrol dan bisa jadi seorang pendengar dan adegan-adegan romantis yang di film-film kaya CLD(Candle Light Dinner) juga pasti duduknya berhadapan gada CLD tapi duduknya nyamping. Coba kalo dibandingin ngobrol sama orang yang ada di samping kamu pasti susah kan bisa sakit lehernya karna kepalanya musti noleh ke samping. Jadi kalo mau duduk berdampingnya nanti aja kalo udah di pelaminan. Nah kalo kamu ketemu cowok yang duduknya membelakangi kamu dan dia mmemilih posisi duduk berhadapan dengan cewek lain mungkin dia memang pacar orang.

“Taraa.. aku punya tablet baru lohh..” Tiba-tiba Fira mengeluarkan tablet dari tasnya dan ngasih tau gue kalo dia punya tablet baru dengan nada pamer.
"Dasar tukang pamer."
"Biarin weekk" ucapnya ketus kemudian memalingkan mukanya dari gue, menatap tablet dan mengaktifkan kamera depannya sambil berkaca memandangi wajahnya sendiri di layar tablet, menggerak-gerakan bibirnya ke atas bawah ke samping mirip orang gila dan gue cuma bisa ngliatin tingkahnya yang aneh itu.
"Apa liat-liat?! Ngiri?! Makanya beli."Ucapnya kembali, mungkin dia risih karna gue liatin.
"Enggak-enggak Fir, kok kamu galak banget sih kaya godzila lagi PMS."
"Ehh.. ini bisa buat main game juga loh, nih lihat ya." Sambil menunjukan gamenya ke gue.
"Kamu main game apa? coba liat." Gue nanya dan berusaha mendapatkan perhatiannya.
"Nih aku udah sampe level tujuh belas kurang tiga lagi sampe level dua puluh, coba kamu bisa ga?"
"Halah gampang sini pinjem kalo aku yang main bisa lebih dari level dua puluh." Jawab gue enteng aja padahal gue ga bisa dan ga tau cara mainnya.
"Gaya banget, sampe level delapan belas dulu coba."
"Nih liat ya." kata gue dengan pede sekali lagi walaupun gue sebenernya bener-bener ga ngerti tentang game yang dimainin Fira.
"Hehh!.. kok mainnya gitu?! Bukan kaya gitu cara mainnya, ihh kamu gimana sih! sinih!" bentak Fira sambil merebut tabletnya dari tangan gue
"Lohh salah ya, trus gimana cara mainnya?"
"Katanya bisa main, gimana sih? Nih ak kasih tahu caranya!" jawab Fira sambil mendemonstrasikan cara bermain game di tabletnya. 

Dan gue memperhatikan setiap gerakan tangannya dan setiap ucapan dari mulutnya yang ga berhenti ngomel buat ngasih tau gue cara memainkan gamenya dan gue cuma bisa meresponnya dengan kata "iya" di setiap akhir kalimat yang Fira ucapin. Sebenernya gue ga peduli tentang gamenya, gue sengaja ngasal main game ga peduli menang atau kalah dari permainan game yang ada di tabletnya gue cuma pengen Fira ngajak gue ngobrol. Gue lebih memilih diomelin dia terus-terusan dari pada didiemin dan dia sibuk dengan gadgetnya sendiri. Seenggaknya gue merasa masih dianggap ada sebagai manusia bukan seperti patung yang didiamkan dan dia sibuk sendiri dengan mainannya, mungkin waktu itu Fira ga sadar kalo gue sengaja main gamenya ngasal sebenernya gue pengen dia tau kalo setiap apa yang gue lakuin ada alesannya dan kali ini alesan kenapa gue minjem tabletnya dan mencoba memainkan gamenya dengan asal-asalan karna gue berusaha mendapatkan perhatiannya. Setelah beberapa saat berdebat tentang game pesanan makanan kami datang.

"Hmm.. Gitu caranya, ehh.. Itu pesenan kamu udah dateng tuh Fir." kata gue mencoba mengalihkan perhatian Fira ke penjual makanan yang mengantarkan pesanan kami.
"Ehh iya udah laper banget ini." Kata Fira sambil memandang pesanannya yang baru datang. Seketika itu juga gue langsung masuk ke seting tablet mencari aplikasi game yang terinstal kemudian gue tap dan uninstal tanpa sepengetahuan Fira.

"Ini tabletnya aku taruh di tasmu ya."
"Iya, yaudah makan dulu aja."

Dan akhirnya kami berdua makan tanpa ada gangguan dari gadget karna selain gue unistal aplikasi gamenya gue juga matiin data servicenya jadi ga bakal ada notifikasi yang masuk ke tabletnya. Ngobrol, bercanda sambil makan dan kadang mengganggu pelangan yang lain karena Fira mulutnya ga dilengkapi peredam suara jadi kalo dia ngomong kengceng banget dan ga bisa dikecilin volumenya. Setelah lama kami makan sambil ngobrol gue antar Fira ke kostnya dan gue pulang ke kost gue yang ga pernah rapi kecuali kalo orang tua gue dateng ke kosan nengokin gue. Sampai di kosan gue ganti baju dan beresin kertas-kertas laporan praktikum yang belum selesai gue kerjain cuma gue tumpuk jadi satu kemudian gue tiduran sambil dengerin musik dan berpikir untuk menyiapkan jawaban apa yang bakal gue jelasin ke Fira ketika dia sudah sadar kalo game di tabletnya gue uninstal yang jelas gue pasti bakal kena marah.




cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat, nama dan juga cerita mungkin yang nulis emang sengaja.







Friday 9 September 2016

Diandra Nafira (Sarapan II)

Awal kami kenal, di koridor kampus gue panggil dia yang lagi jalan bersama teman-temannya.

"Di.."
"Namaku bukan Didi!."
"Yaudah Ndra.."
"Kamu pikir namaku Indra, kamu harus panggil namaku lengkap!"

Dia yang selalu ingin dipanggil nama depannya utuh satu kata, Diandra.

"Wan aku nginep di kostnya Nita, bisa jemput ga?"
Satu pesan sms masuk di handphone gue pagi itu. Dan dengan kondisi setengah mengantuk gue bales sms Fira dengan telpon sambil merem karna kondisi jari ibu gue sangat ga memungkinkan buat ngetik sms ditambah mata gue yang ga tahan menatap pancaran sinar yang menyilaukan dari layar handphone.

"Fir.." Panggil gue ditelpon
"Iya.. Halloo.." Jawab Fira
"Ga usah sok seksi suaranya."
"Hahaa.. Emang suaraku seksi kok. Kamu udah bangun belum? aku ga ada yang jemput nih."
"Iya udah bangun dikit, kenapa ga minta anterin Nita aja?"
"Hihh Nita jam segini mana bisa bangun, bisa jemput ga? Aku hari ini ada kuliah pagi nih."
"Bisa, tujuh menit lagi ya aku manasin motor dulu."
"Okey.. Udah nih ditutup ya?"
"Yaelah pake nanya, tutup lah mahal pulsanya nyonyah."
"Yaampun Wawan ganteng kok galak banget sih kalo baru bangun bobok cup..cup..cup.."
"Hihh.. Ga usah godain gue."
"Hahaa.. Yaudah aku tunggu ya, assalamualaikum."
"Walaikumssalam.. Tutt.."

Tujuh menit kemudian.
"Gue udah sampe depan Non." Sms gue ke Fira.
"Baik, saya segera keluar Tuan."

Balasan sms dari Fira dan ga lama Fira keluar dari pintu pagar yang dia tarik pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara dari gesekan engsel yang sedikit berkarat tapi tetep aja bunyi.

"Ngiikk.." Bunyi engsel
"Taraa.." Ucap Fira menghadap ke gue sambil tersenyum dan gue dihadapkan dengan pemandangan yang terlalu indah di pagi hari. Fira keluar dari kost dengan kaos dan hotpants atau celana gemes atau apa lah yang berwarna putih yang dihiasi  semacam tali dibagian pinggang dan sangat pendek. Gue sebagai cowok ngliat penampilan Fira langsung kemana-mana pikiran gue dan seketika langsung melek mata gue. Sebagai cowok gue suka liat cewek yang berpenampilan minimalis tapi sebagai orang terdekatnya gue ga berharap dia berpenampilan kaya gitu di luar rumah atau kost and i feel like i need to protect her, because she meant to me.

"Ehh Wan beli bubur ayam dulu yuk, aku laper." Kata Fira
"Okey, let's go." Jawab gue tanpa pikir panjang karna gue ga mau berlama-lama didepan kost Nita bareng cewek yang tampilannya seksi dan diliatin banyak orang dari tetangga kostnya Nita. Sebenernya gue pengen bilang Fira biar pake baju yang lebih tertutup tapi kayanya kurang tepat kalo gue langsung negur dia, gue ga mau kalo dia nantinya malah ngerasa tersinggung karna ucapan gue lagian ini diliatin orang di jalan dan gue ga mau bikin Fira malu.
"Heh.. Buruan berangkat malah ngelamun." Bentak Fira yang udah nangkring di boncengan motor gue.
"Ohh iya, baik nyonyah." Jawab gue sedikit kaget.
Ga jauh dari kost Nita ada penjual bubur ayam, ga lama kami berdua sampai di tempat penjual bubur ayam dan memesan dua porsi bubur ayam.
"Kamu cari tempat duduk dulu aku pesenin buburnya." Kata gue ke Fira.

"Mas bubur ayam dua yang satu ga pake daun seledri."
"Minumnya apa mas?"
"Teh anget dua mas." Kata gue pesen ke mas-mas penjual bubur ayam kemudian berjalan menuju ke meja yang sudah ditempati Fira.

"Heh.. Kok kamu pesen minumnya teh anget dua sih?" Tanya Fira.
"Yaelah gapapa sih cuma masalah minum doang ga bikin IPKmu turun kan?"
"Ga ada hubungannya sama IPK Wawaannn."
"Lahh trus kenapa?"
"Ya kalo minumnya teh anget kan jadi kaya orang tua kaya kamu."
"Hihh rewel, kaya kamu masih muda aja. Nihh pake jaketku biar ga dingin." Kata gue sambil melepas jaket sweater yang gue pake.
"Wawan pagi ini tuh cuacanya cerah dan sudah mulai sedikit panas kenapa kamu malah ngasih aku jaket sih." Jawab Fira sambil melipat setengah bagian jaket gue kemudian dia taruh dipangkuan diatas pahanya dan sebenernya emang itu tujuan gue karna gue ga mau ada cowok lain nglirik Fira dengan tatapan kotor.
"Ohh iya udah mulai panas ya, yaudah pegangin dulu aja deh jaketku." Jawab gue sekenanya.
"Hihh.. Dasar.." Jawab Fira sambil mengerutkan dahinya, tampaknya dia tau kalo gue cuma basa-basi soal jaketnya.
"Kamu ntar kuliah jam brapa Fir?"
"Masih lama sih ntar jam 9, abis ini pulang dulu ambil laundry, mandi, fotocopy laporan sama ngeprint tugas baru ke kampus deh."
"Yaelah kirain kuliahnya pagi banget jam 7an gitu."
"Hihh jam 9 juga masih pagi Wan, kalo aku ga minta tolong kamu trus siapa yang jemput sama yang nemenin aku sarapan."
"Oke baik nyonyah."

Setelah sarapan bubur ayam sambil ngobrol kesana-kemari kemudian gue berdiri dan bayar makannya dan Fira ngikutin gue dari belakang.

"Nih Wan jaketnya."
"Pegangin dulu aja Fir, aku mau bayarin dulu."
"Okedeh..." Jawabnya singkat karna mungkin sedikit keberatan mendapat titipan jaket dari gue, kemudian dia ikatkan jaket gue ke pinggangnya dan tampak seperti mengenakan rok karna jaket gue kebesaran. Setidaknya itulah yang gue harapkan biar dia terlihat lebih sopan.

"Udah yuk pulang." Ajak gue ke Fira.
"Let's go."

Setelah gue sampai di depan kost Fira kemudian Fira turun dari motor gue dan melepas jaket gue yang ada di pinggangnya.

"Nih Wan jaketnya, makasih yaa."
"Iya, ehh.. Fir.." Panggil gue.
"Iya kenapa Wan?"

Kemudian gue terdiam, suasana sesaat hening. Ada kalimat-kalimat yang ragu buat gue keluarin dan perasaan takut menyinggung membuat suara gue terbata.

"Emm.. Itu.. Fir.. lain kali kalo keluar pake bawahannya yang panjang dikit yaa." Kata gue mencoba men-suggest Fira.

"Iya Wan, aku tau kok. Makasih yaa." Jawab Fira santai sambil tersenyum lebar, senyum yang jarang banget gue liat karna gue lebih sering melihat Fira dalam keadaan tertawa. Senyumnya seolah menyimpan isyarat entah apa artinya, mungkin dalam hatinya Fira sedang mengucapkan sesuatu yang gue ga bisa denger. Tapi gue lega bisa menyampaikan apa yang ingin gue sampaikan. Karna tadinya gue takut itu bakal bikin Fira ngrasa tersinggung atau malu dan rasanya ga pantes kalo misalnya gue bikin Fira malu di jalan, di tempat makan atau di tempat yang banyak kerumunan orang gue ga mau bikin moodnya jadi rusak. Tapi sepertinya sekarang Fira ngerti apa yang gue maksud. Oke, ditulisan gue kali ini ada sedikit pesan moral yang pengen gue sampein disini, eciee pesan moral. Jadi gini gaes sebisa mungkin jangan pernah menegur, menasihati atau bahkan membentak perempuan dimuka umum atau didepan orang banyak karna itu bisa membuat mereka(perempuan) malu karna dilihat banyak orang atau malah tersinggung, kan kasian. Coba ajak berbicara empat mata dengan nada yang nyaman didengar dengan itu mungkin pesan kamu atau nasihat kamu akan lebih didengar, sekian.

Sunday 7 August 2016

Diandra Nafira (Sarapan I)

Senin pagi pukul 04.37 di ruangan yang cukup berantakan lebih tepatnya di kamar kost gue dan masih terdengar suara mp3 dari netbook gue dengan lagu maroon five never gonna leave this bed. Iya, gue ga akan ninggalin kasur gue karna mungkin gue terlalu sayang sama kasur gue atau karna emang cuma dia yang bisa ngasih gue kehangatan dan mimpi-mimpi basah indah, mungkin. Tapi sebenernya alasan yang lebih tepat karna gue ga ada kegiatan hari ini. Ya, ini hari senin dan gue free, gue sengaja ga ngambil jadwal kuliah dihari senin karna gue pengen ngrasain libur dihari yang kebanyakan orang benci. Diluar kamar kost sudah mulai terdengar suara mesin motor yang dipanaskan, itu suara motor temen-temen kost gue yang mau berangkat kuliah, mungkin. Sedangkan situasi di dalam kamar gue hanya ada netbook yang masih terus bernyanyi menghibur gue dengan playlistnya, tumpukan kertas laporan praktikum yang belum gue kerjain, sampah kaleng softdrink dan bungkus cemilan yang belum dibuang kemudian tidak lupa seonggok daging yang masih bernyawa yang tubuhnya dibungkus white-T dan sarung yang belum dilepasnya setelah sholat shubuh, iya itu maksudnya gue sendiri. Kira-kira segitu aja dulu prolognya, tapi tenang aja kalo masih mau baca, tulisannya masih lanjut kok.

Tidak lama, suara-suara motor dikost gue mulai menghilang kuda besi yang bersuara dari kenalpot itu sudah mengantarkan pemiliknya ke kampus dan tiba-tiba henpon gue bergetar, samsung star wifi yang bukan android, iya bukan android meskipun jaman itu sudah muncul android froyo(frozen youghurt)  Dan status gue yang masih mahasiswa masih belum mampu buat beli gadget smartphone yang akhir-akhir ini smartphone android justru membuat penggunanya lebih mirip seperti robot yang apatis dengan lingkungan sekitarnya tapi itu semua kembali lagi dari cara pemakaian dari si penggunanya sih. Henpon gue getar ternyata ada SMS masuk, SMS itu datang dari Fira temen yang gue kenal dari komunitas diluar lingkungan kampus
“Heh..! Ketombe badak, banguunn..!”
“Brisik.. udah bangun dari tadi gue.” Bales gue di sms.
“Hahaa.. sarapan yuk.”
“Wah.. ngajakin gue sarapan mau bayarin lu?”
“Cerewet.. urusan duit belakangan aja, berangkat ga nih?”
“Oke, jam berapa? Dimana?”
“Jam 8 jemput gue dikampus ya hari ini gue cuma ada kuliah 1 sks doang jadi ga bawa motor.”
“Yes Ma’am.”
Percakapan di sms pun berakhir dan gue mulai bangkit dari kubur kasur, jalan sempoyongan ambil handuk kemudian mandi. Iya gue mandi, sebernernya itu merupakan ritual yang jarang banget gue lakuin kalo gue lagi libur tapi karna gue ngrasa badan gue masih bau rokok gue terpaksa mandi. Bukan, bukan gue yang ngerokok gue bukan perokok tapi temen gue yang semalem ngajakin gue nongrong bareng, main billiard kemudian dilanjutkan minum kopi sampai jam 2 pagi alhasil badan gue ikut kecipratan bau rokok. Setelah adegan mandi selesai gue ambil ember, diterjen dan baju-baju kotor, udah pasi bisa ditebak adegan apa selanjutnya kan? Yang jelas bukan adegan romantis, ini kostan cowok dan gue bakal melakukan adegan nyuci baju karna gue ga mampu kalo harus bawa baju-baju kotor gue semuanya ke laundry padahal mbak-mbak yang jaga laundrynya cantik dan ga ada hubungannya juga sih sama cucian gue. Jam 7.40 gue selese nyuci, dan begonya gue baru sadar ternyata abis nyuci badan gue berkeringat padahal gue tadi udah mandi, kemudian gue mikir
“Duhh.. kenapa tadi ga nyuci dulu baru mandi?”
“Tapi kalo tadi gue nyuci dulu trus baru mandi kaos gue yang bau rokok ga ikut dicuci kan masih dipake.”
“Tapi kan bisa gue lepas aja kaosnya, telanjang dada sambil iket aduk di pinggang trus nyuci kan bisa.”
“Ahh.. sudah lah, udah terlanjur juga.”
Kira-kira seperti itu monolog yang berkecamuk di batin gue. Kemudian gue ambil jaket, dompet dan kunci kontak motor. Jam 7.47 gue mulai manasin motor, gue jemput Fira di kampusnya yang berada didaerah bulaksumur. Jam 7.58 gue sampai didepan kampusnya.
“Nyonya, saya sudah standby.” Sms yang gue kirim ke Fira.
“Oke Tuan On-time.” Balas Fira.
Ga lama Fira keluar dari kampusnya, dia memakai bolero cokelat, celana jeans, sepatu flat shoes dan membawa tas slempang yang berbahan seperti kain kanvas di bahu kanannya, cukup kasual model rambut shaggy dan ga terlalu banyak memakai aksesoris. Dia berjalan menuju ke arah gue yang nunggu dipinggir jalan.
“Ayok Wan, berangkat.” Ucapnya sambil naik ke motor gue dan memakai helm.
“Makan apaan nih? Kaya biasanya?”tanya gue.
“Iya sedapetnya aja yang penting makan.”
“Oke, kalo gitu soto.” Jawab gue, iya di Jogja kalo pagi menu sarapan yang paling sering ditemuin itu diantaranya soto, bubur ayam, gudeg dan lontong sayur. Ada juga sih menu lain tapi menu yang gue sebutin itu yang paling banyak kalo udah mulai sore menunya lebih banyak tentang penyetan bukan tentang kamu, bukaann. Kemudian kita sampai di warung soto yang ada di daerah Klebengan, daerah ini cukup dekat dengan Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan Fakultas Teknik UNY jadi banyak mahasiswa yang sarapan ditempat ini. Gue langsung duduk dan nunggu Fira pesen soto.
“Soto kalih nggeh bu, sing setunggal mboten ngangge seledri”
(Soto dua ya bu, yang satu ga pake seledri)
“ngunjuk nopo mbak?”
(minumnya apa mbak?)
“teh anget kalih bu.” Jawab Fira
(teh anget dua bu)
“Heh tumben kamu minum teh anget juga?”
“Kan masih pagi Wan, sekali-kali ikutan minum teh anget deh biar kaya orang tua. Hahaa.”
“Sialan ngledek nih.”
“hahaa.. maap-maap, gimana nih Wan? Kayanya kamu lagi ada masalah ya.”
“hih sok tau, kamu sekarang udah jadi dukun atau peramal gitu ya?”
“ya ga juga sih, insting aja. Tapi benerkan ada masalah?”
“mungkin.”
“nah kan, kalo bilang mungkin pasti beneran ada. Soalnya posting di twittermu udah mulai aneh, ga lucu lagi.” Ucap Fira sambil menatap Handphone miliknya dan membuka akun twitter
“buseett, sempet banget stalking twitter. Iya sih lagi bete aja mungkin gara-gara udah masuk semester tua.”
“yakin cuma gara-gara masuk semester tua? Gara-gara SKS yang katanya ga jadi diambil itu?”
“Iya itu juga termasuk, mau tak delete aja itu SKSnya. Udah terlanjur kecewa banget.”
“Lahh kenapa dihapus? udah diambil? udah key-in kan? Gimana mau dihapus, kan udah ga bisa login buat ganti SKS juga?”
“Aduhh udah deh ga usah dibahas yang itu, tenang aja aku bakal tetep lulus tepat waktu kok. Ya setelat-telatnya satu semester deh biar ga lempeng-lempeng amat.”
“Pede banget kamu ngomongnya.”
“Iya lah. Mau taruhan? Kalo aku lulusnya lebih dari tujuh semester aku bakal sujud didepanmu trus difoto abis itu di upload di semua sosmed.”
“Ok. Deal.. Hahahaa..”
“Ketawa aja sekarang sepuasnya, soalnya hal itu ga akan mungkin terjadi.”
“Trus kalo kamu yang menang aku yang kalah, aku ngapain dong?”
“kamu do nothing aja, soalnya aku pasti menang. Hahaa..”
“Waduhh sombongnya.” Ucap Fira dan tidak lama kemudian pesanan kami pun datang disela-sela obrolan gue sama Fira
“Monggo mbak, mas.”
(silahkan mbak, mas)
 Ucap ibu penjual soto yang mempersilahkan kami untuk menikmati pesanan yang sudah kami pesan dari tadi.
“Nggih maturnuwun bu.”
(iya terimakasih bu)
Ucap Fira dengan nada ramahnya.
Kemudian ibu penjual soto pun segera kembali ke gerobak sotonya untuk menyajikan pesanan yang lain. Dan gue selalu mengutamakan makan dulu sebelum melanjutkan obrolan, ya peraturan itu ada di manual-book gue eat fisrt and talk later. Walaupun nantinya disela-sela gue makan Fira bakal ngoceh dan ngajakin gue ngobrol lagi tapi oke lah yang penting suapan pertama gue ga diganggu.
“Ehh trus kamu sekarang lagi deket sama siapa Wan?” tanya Fira. Benerkan dia ngoceh lagi.
“Ga deket sama siapa-siapa ini lagi deket sama kamu sekarang, jaraknya cuma hitungan centimeter.”
“Hihh.. bohong nih. Bukannya kamu deket sama Lisa ya?”
“Ahh.. ga jadi.” 
“lohh knapa? Padahal dia kan cantik.”
“bukan soal cantik atau ga cantik, baik atau ga baik, tapi rasanya ga klik aja.”
“dihh wan ga usah muna deh, sebutin aja apa kekurangan dia sampai kamu berubah pikiran. Apa karna ada yang kurang gede? Atau badannya kurang ramping?” ucap Fira meledek sambil menaikan salah satu alisnya.
“hiihh.. apaan sih Fir?! Bukan itu! aku kurang suka aja sama karakternya lagian dia ga bisa masak. Nasi goreng aja rasa micin.”
“heh! Kamu ga boleh bilang gitu Wan, gitu- gitu juga dia nantinya bakal jadi istri orang lain yang pastinya bakal masakin makanan buat suaminya, cewek tuh punya insting keibuan kalo udah didesak keadaan pasti mau ga mau bakal bisa masak juga.”
“hmm.. gitu, baiklah maap aku yang salah ngomong.”
“soalnya aku kan juga ga pinter-pinter amat soal masak, jadi ucapanmu bikin aku rada tersinggung.” Ucap Fira kembali, kali ini dengan raut muka yang sedikit berubah.
“Iya Fir maap.”
“maap doang, bayarin sotonya!”
“hadeeh Fira, gampang itu dibelakang aja.”
"Trus kamu maunya cewek yang kaya gimana? masih terobsesi punya cewek yang bisa bahasa inggris kaya aku? yang nilai toeflnya diatas 500? Btw nilai toefl kamu tahun ini berapa?
"Hahaa.. ga lah, emang toefl mu nyampe 500? ujian toefl ku tahun ini masih belum sesuai target sih tapi udah lebih dari cukup lah."
"Berapa emang? nyampe 400? tesnya masih di UNY?
"400 doang mah apaan, lebih lahh. Tesnya masih kaya biasanya di UNY"
“Ehh iya Wan, kalo misalnya kamu harus milih antara orang yang kamu suka sama orang yang suka sama kamu. Kira-kira kamu bakal pilih siapa”
“karna aku cowok aku bakal milih orang yang aku sukai tapi kalo misalnya aku diposisi cewek aku bakal milih orang yang suka sama aku.”
“lohh kok bisa beda gitu? Satu jawaban aja.”
“Soalnya cewek sama cowok kan biasanya berbeda caranya untuk menanggapi urusan percintaan.”
“Hmm.. trus bisa jelasin ga alesannya kenapa kamu milih orang yang kamu suka.”
“Karena orang yang kamu sukai itu bisa bikin kamu sakit hati tapi orang yang suka sama kamu bisa bikin kamu menyesal.”
“Bentar Wan, aku mikir dulu.” Ucap Fira sambil mengerutkan dahinya.
“Gimana? Udah mikirnya.”
“Yang kamu suka bikin kamu sakit hati, trus yang suka sama kamu bikin kamu menyesal. Kok kayanya ga enak semua sih, bisa dijelasin lebih rinci ga sih?”
“Jadi misal gini Fir, kalo misalnya aku suka sama cewek tapi ternyata cewek yang aku suka ga suka sama aku otomatis aku sakit hati dong, tapi kalo misalnya ada cewek yang suka sama aku tapi justru aku abaikan suatu hari mingkin aku bakal menyesal karna aku melewatkan orang yang mungkin bisa bikin aku ngrasa bahagia, mungkin. Sederhananya kamu pilih mencintai atau dicintai.”
“berarti kamu lebih memilih patah hati dong, kalo gitu aku mah mending pilih yang suka sama aku aja kalo gitu dari pada kecewa. Emangnya kamu yakin wan kamu gapapa kalo kamu patah hati?”
“Makanya tadi aku ngasih dua jawaban diposisi sebagai cowok dan cewek. Kalo aku sendiri patah hati sih emang ga enak sih kayanya tapi mungkin emang udah takdirnya kaya gitu kalo perempuan itu adalah makhluk yang takdirnya dicintai sedangkan laki-laki ditakdirkan untuk mecintai dan menjaga.”
“Trus kamu pernah ngrasa nyesel ga sih wan? Kalo misalnya ada cewek yang suka sama kamu trus kamu abaikan atau kamu bakal tetep ngejar cewek yang kamu suka?”
“Nahh itu pertanyaan bagus. Pertanyaan selanjutnya adalah ‘ada kah perempuan yang menyukai saya?’ arah obrolanmu kesitu kan Fir?”
“Hahahaa.. iya bener juga ya, emang ada yang suka sama kamu Wan? Hahaa.. tapi serius ihh. Kamu pernah ngrasa nyesel ga?”
“hmm.. kayanya sih pernah Fir, tapi kan itu udah berlalu banget mungkin dulu karna aku masih sering kepikiran Nira sampai aku ga noticed kalo ada orang deket. Tapi ga tau juga deh.”
“Ahh kamu mah bukan ga noticed tapi emang ga peka atau mungkin kamu ga mau membuka hati buat orang baru. Tepat didepanmu ada orang cantik juga kamu ga pernah nglirik.”
“Duhh Fir.. yaudah kita sekarang jadian aja gimana?”
“Hahaa.. emoh Wan, wis kagol. Ngajak jadian tapi cuma kaya orang nanya, hihh apaan ga romatis.” Ucap Fira kali ini sedikit ketus.
“Ya ampun lama-lama ini obrolannya makin konyol.”
“Haha.. kayanya kamu berbakat jadi playboy deh Wan atau emang jangan-jangan kamu emang beneran playboy?”
“Enak aja, enggak Fir. Masa cowok baik-baik kaya aku dibilang playboy.”
“Dan biasanya  playboy itu ga mau ngaku di depan calon korbannya.”
“Yaelah, beneran enggak  Fir. Kaya baru kenal aku aja.”
“Trus biasanya playboy itu bakal tetep ga ngaku atau ngulangin kalimat yang hampir sama buat meyakinkan calon  korbannya.” ucapan FIra yang bermaksud ngledek buat yang kedua kalinya.
“Iya aku playboy Fir! gimana kalo kita berantem aja sekarang?!” sentak gue sedikit kesal.
“Hahaa..  kalo jawabanya kaya gitu ga termasuk ciri-ciri playboy berarti kamu bukan. Hahaa.. becanda Wan, yaudah pulang yuk, abis ini aku mau shoping sama Nita.”
“Hadeehh.. Mau beli apaan?”
“Ga beli apa-apa cuma cuci mata aja.. hehee..”
“Dasar wanita, yaudah yuk cabut.”
“Bentar, aku mau pake lipstik.”
“duhh biar apa coba pake lipstik abis makan.”
“biar cantik lah.. hehee.”
“Nih ya bibirku yang bawah warnanya lebih merah dari bibirmu walapun aku ga pake lipstik.”
“Ehh Iya. Kok bisa gitu sih? Kamu pake lipstik juga ya?”
“Enggak lah, ini karna aku ga ngerokok kaya kamu. Makanya kamu berhenti ngerokoknya.”
“hihh.. brisik, iya besok aku berhenti ngerokoknya. Yuk pulang.”
setelah gue bayar makanannya gue nganterin Fira pulang ke kostnya karna dia mau shoping sama Nita katanya, sedangkan gue puter balik menuju perpus kampus gue yang dulu terletak tepat didepan Kopma UGM tapi sekarang Perpus Pusat sudah pindah di belakang GSP UGM. Gue masuk parkiran dan ambil kartu parkir ke bapak penjaga parkirnya yang sedikit tersenyum ramah dan gue bales senyumnya mungkin dia sudah hafal sama wajah gue yang sering keluar masuk perpus buat tidur kalo lagi ga ada kuliah.



to be continued...

Friday 5 August 2016

Kenapa kita dulu ga pacaran aja? (Loligo Part VI-C)

"Heh ngelamun aja lu!"Ucap Putri sambil menepuk punggung gue dan lamunan gue pun berhamburan lalu gue sadar ternyata sejak saat itu lah gue mulai dekat dengan Putri. Setelah kejadian terlambat itu sikap Putri menjadi berubah, Putri miss perfect yang sebelumnya angkuh menjadi lebih pendiam. Mungkin waktu itu dia mulai sadar tentang keangkuhannya dan sadar bahawa manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna dan tidak luput dari kesalahan.

"Heh Igooo!! masih diem aja." kata Putri lagi.
"eh iya maap Put, barusan gue ketiduran."
"tidur kok matanya melek?"
"keren kan, gue kalo tidur emang biasanya gini bisa sambil melek, sambil makan, sambil nonton TV, sambil..."
"halah udah bilang aja ngelamun, cerewet deh!" potong Putri.
"hehehee..."
"ngelamun apa sih? ngelamun jorok ya?"
"enggakk.. hih! Nih Put materi presentasinya, baca dulu." Ucap gue sambil memberikan lembaran kertas yang berisi materi.
"Yaelah ga ada basa-basinya dulu nih."
"Biar to the point, biar ga kelamaan"
"yaudah jelasin materinya gimaa?"
"lahh belum dibaca juga udah minta dijelasin aja."
"Biar to the point, biar ga kelamaan Go. Buru jelasin!"
"Heh itu kan kata-kata gue barusan!"
"Bodo amat. Buru ihh, lagi males baca nih."
"Baik tuan Putri, jadi gini nih. Kita kan dapet materinya tentang fungsi bagian otak kan. Nah ini gue ambil tentang Amigdala, ini dari bahasa latin amygdalae, amygdalē, yang merupakan sekelompok saraf yang berbentuk kacang almond karna itu diberi nama Amigdala/almond. Amigdala itu bagian otak yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi, jadi misalnya mata melihat makanan jadinya muncul perasaan ingin memakannya tapi saat kita melihat semut kita diam saja. Nah dari peristiwa itu signal yang ditangkap oleh mata akan tersalurkan ke 2 tempat yaitu amigdala dan bagian otak prosedural. Amigdala akan mengeluarkan reaksi emosi terhadap data yang didapatnya. Gitu, ya pokonya kurang lebih intinya gitu lah Put."
"hmm.. gitu.."
"Oiya, bagian otak ini juga berpengaruh sama rasa suka lawan jenis loh Put."
"Ahh masa sih? bukannya kalo orang jatuh cinta itu lewat hati ya? kok bisa ke otak juga?"
"Jadi gini, semisal orang jatuh cinta bagian otak amigdala ini bakal melepas hormon oxitocyn. Nah hormon oxitocyn ini yang bakal memimbulkan perasaan suka lawan jenis, hormon ini berpengaruh ke perasaan bahagia, ceria dan khusus buat wanita, ibu hamil atau ibu yang udah punya anak peran hormon ini akan memunculkan sifat keibuan yang sayang sama anaknya dan perasaan ingin melindungi, begitu."
"Trus fungsinya hati buat apa?"
"Hati kan fungsinya buat penawar racun, masa gitu aja ga tau."
"Tapi kok banyak orang yang bilang kalo cinta itu datengnya dari hati?"
"Duhh ga tau deh ya Put, ini kita bahasnya tentang organ otak bukan hati."
"Pantesan kita dulu ga pernah pacaran, masalah hati aja elu ga tau."
"heh.. kok malah jadi bawa-bawa yang dulu?"
"yaudah lah skip aja, gue udah tau kok garis besarnya ntar gue baca lagi materinya. Udah sore nih Go, pulang sana!"
"Wahh ngusir gue lu? tega bener."
"Hahaa.. enggak, gue tuh khawatir ntar lu kemaleman sampe kost."
"Baru jam lima lebih seperempat. Yaudah deh gue pulang dulu ya, ehh tante mana?"
"Lagi dirumah sebelah kayanya, ntar gue pamitin sama mama."
"Yaudah ntar pamitin ya."
"Bentar Go, gue ambil kunci kontak motor dulu."
"Mau kemana lu?"
"Gue anterin pulang."
"Kagak usah, bentar lagi Agil juga jemput gue kesini ntar elu malah bolak-balik."
"Nungguin Agil? yakin lu? Udah bareng gue aja, gue sekalian mau ke minimarket beli pembalut sama cemilan."
"yaelah perlu banget ya pake disebutin barang yang mau dibeli, yaudah deh ayok."
"Nihh kuncinya." Kata Putri sambil melempar kunci kontak.
"Lahh gue lagi nih yang didepan, katanya elu yang mau nganterin."
"Yaiyalah kan elu yang cowok Goo... masa gue yang ngeboncengin elu, gue kan cuma ngasih tumpangan aja."
"Baik Tuan Putri."kata gue nurut aja.

Dan setelah gue sampe kosan ternyata bener si Agil ngilang ga tau kemana, kalo ga dapet tumpangan dari Putri paling gue pulang kosan jalan kaki. Setelah gue mandi, ganti baju sama sholat mahgrib tiba-tiba Agil pulang dengan membawa bungkusan dan gitar yang digendong dipunggungnya.

"Heh.. bawa apaan lu?" Tanya gue.
"Gue bawa makanan bro.. hahaa.." jawabnya santai sambil mematikan mesin motornya.
"Dapet dari siapa lu? ga percaya gue kalo lu beli sendiri."
"Hahaa.. dapet dari anak-anak di studio sekalian gue minjem gitar tadi."
"Halah banyak gaya lu, ga bisa main gitar juga."
"Biarin aja, makan nih." Kata Agil sambil melemparkan kantong plastik yang ada ditangannya.

Yahh terserah dialah mau main gitar kek, main piano kek, tamborin kek, gue mah bodo amat. Gue balik lagi masuk ke kamar gue, melompat melemparkan badan gue ke kasur dan menghela nafas panjang.

"Haahhh.. ngapain ya?" batin gue.

Gue bangkit dari kasur lalu meraih novel yang belum selese gue baca. Gue jalan lalu duduk disebelah jendela kamar kost gue sambil memutar mp3 dari handphone gue dan mengunyah permen karet kemudian mencari selipan bookmark di novel yang gue pegang. Setelah lima halaman gue baca tiba-tiba ada telpon masuk, lagu mp3 yang gue puter berhenti berganti menjadi nada ringtone dari handphone gue.

"Hallo selamat malam nona Putri."
"Heh ga usah sok manis, ini di materi catatan yang lo kasih kenapa ada gambar yang jelek banget trus ada tulisannya 'Putri Galak'maksudnya apaan?! ini bukan tentang gue kan?!!"
"Ehiya.. bukan Put bukaann, itu si Agil yang gambar begituan." Sial gue lupa kalo gue pernah nge-doodling mukanya Putri pake pensil trus gue corat-coret ga jelas, duhh knapa sampe lupa ga dihapus dulu kemaren. batin gue.
"Ini kelakuan Agil? Setau gue Agil itu ga pernah ngegambar deh, trus tulisan tangannya juga jauh lebih rapi. Go!!" Diam sejenak.
"Iya Put maaf itu gue yang bikin, tapi itu bikinnya udah lama kok Put, udah dari duluuu banget. Kalo Putri yang sekarang ga galak kok." Jawab gue.
"Enggak bisa gue maafin sebelum lo traktir gue sop ayam di kantin."
"Wahh tega banget lo minta traktir sama anak kosan, biasanya di kantin gue juga cuma beli gorengan doang ehh elo malah minta sop ayam."
"Hahahaa.. bodo amat."
"Ahh ya sudah lah, lo ga mau maafin juga gue ikhlas. Lo presentasi sendiri aja besok."
"Heh..! kok gitu?! Lo ngancem gue!"
"Hahahaa.. enggak-enggak, becanda gue. Lo nelpon cuma mau nanya gambar doodling gue doang?"
"Enggak sih, gue sebenernya keinget kita dulu. Lo dulu suka sama gue kan Go?"
"Hah?? Apa Put?"
"Ga usah pura-pura tuli Go, lo denger kan? Gue ga mau ngucapin kalimat yang sama buat kedua kalinya."
"Iya gue denger, cuma ragu aja gue."
"Ga usah ragu tinggal jawab aja! Lo cowok bukan sih?!"
"Buset galak lagi. Emang lo ga noticed gejala-gejalanya kalo gue dulu suka sama lo?"
"Gejala? emangnya masuk angin pake gejala segala, ya ga tau lah."
"Waduh ga peka banget lo. Masa lo ga tau kalo gue dulu pernah suka."
"Hahaa..  Trus kenapa dulu kita ga pacaran aja?"
"Pacaran? Buat apa?"
"Lahh lo bilang katanya dulu suka sama gue trus kenapa ga nembak gue?"
"Trus kalo gue suka sama lo gue harus nembak lo gitu? kalo gue ditolak gimana? Emangnya kalo gue nembak lo bakal nrima?"
"Hmm.. gimana ya, ya ga tau juga sih. Pikir-pikir dulu deh hahahaa. Tapi paling ga kan lo udah usaha dulu."
"Gini ya, gue tanya deh pacaran buat apa? menurut versi lo."
"Hmm.. ya biar ada kepastian gitu."
"Lo pikir orang yang pacaran punya kepastian bakal sampe lanjut trus nikah gitu? Ya emang ada sih yang bisa lama banget trus sampe nikah, tapi apa ada jaminannya?"
"Tapi paling ga kan bisa saling kenal dulu go!"
"Lo pikir kita ga saling kenal? Apa yang lo ga kenal dari gue?"
"Kenal sih, tapi rasanya aneh aja Go."
"Pacaran itu cuma status pengakuan sosial dari orang-orang yang ada disekitar kita. Padahal mereka itu belum tentu bener-bener nganggep orang yang pacaran itu pasangan yang ideal."
"Hah? Maksudnya? Kok gue ga ngerti."
"Otak lo emang cerdas secara akademis, tapi cara lo buat bersosialisasi kayanya rada kurang tepat deh."
"Mending lo jelasin aja dulu Go."
"Maksud gue, misalnya lo pacaran nih sama cowok. Gue yakin banget lo ga bakal ngasih tau sama orang lain kecuali ada yang mancing biar lo bilang. Dan, dalam diri lo sendiri sebenernya berharap ada orang yang tau atau pengen ngasih tau ketika lo ga dapet kesempatan buat bilang itu lo pasti bakal nunjukin ke orang lain kalo lo punya pacar misalnya lo jalan bareng pacar lo trus foto bareng abis foto bareng fotonya di upload disosial media trus ada yang komen nah disitu baru lo bilang kalo berstatus pacaran."
"Enggak juga sih Go, menurut gue apa yang lo bilang tadi salah deh."
"Apa yang gue bilang tadi kan cuma misal aja, emang ga semua orang kaya gitu tapi tetep aja buat gue status pacaran itu cuma pengakuan secara sepihak aja dari dua individu ga ada ikatan pastinya, kemungkinan putus tetep aja ada malah lebih besar. Orang yang nikah aja bisa cerai. Dan kalo pun ada yang komentar di sosial media atau secara langsung bilang 'wah kalian serasi ya, kalian mirip, cie kalian berduaan terus' gitu, belum tentu mereka ngucapinnya tulus kebanyakan cuma formalitas aja padahal sebenernya mereka ga peduli lo pacaran atau enggak dan kalo putus paling komen 'yang sabar ya, udah ga usah dipikir' gitu. Itu yang gue ga mau kalo kita dulu pacaran, gue ga suka sama komentar orang yang sok simpati."
"Terus menurut lo baiknya gimana?"
"Lo pikir kita ga cukup saling kenal? Ga cukup deket? Kalo dibandingin sama orang pacaran kita dulu juga sama aja cuma ga pake status. Walaupun gue tau buat realisasinya terlalu jauh."
"Iya sih, kita emang kenal deket dan gue belum berani nyangkal lagi. Nah sekarang kenapa lo deket sama Nira, trus katanya ada yang bilang lo nembak dia? Lo sekarang udah berubah pikiran? Mau pacaran sama Nira?"
"Lohh kok jadi bawa-bawa Nira? Kenapa jadi ganti topik gini?"
"Gue ga ganti topik Go, ini kan masih seputar relationship. Jadi hubungan lu sama Nira apaan?"
"Put yang ini stop dulu aja deh ya, udah malem nih gue takut ga bisa bangun pagi besok."
"Oke deh, bye..."

"tuuttt..."

Putri langsung menutup telponnya tanpa mengucapkan salam, mungkin dia kecewa karna gue berusaha buat menghindari pertanyaannya. 


Kemudian, pagi hari disekolah tepat pukul 06.45 kali ini gue ga telat dan udah standby dibalkon lantai 4.

"Heh cumi rebus!" Seketika terdengar orang memanggil dari belakang.

"Ehh Putri udah dateng." Ucap gue santai.

"Jam istirahat gue tunggu disini!" Ucap Putri tegas.

Gue cuma nyengir kemudian diam santai sambil bersandar dibalkon memandangi halaman sekolah. Tapi yang ada didalam kepala gue berkecamuk macam-macam pertanyaan yang entah apa jawabannya.

Jam pelajaran dimulai, ga ada yang bisa gue lakuin kecuali memutar-mutar ballpen di ujung jari bahkan suara guru didepan kelas pun tak terdengar di telinga gue. Ini konflik yang entah sudah keberapa kalinya antara gue sama Putri sampai Nira pun enyah dari kepala gue. Dua jam pelajaran terasa hampa buat gue dan ini udah masuk jam istirahat, sesuai janji gue naik ke balkon lantai 4 buat ketemu putri. Tak disangka tak dinyana Putri udah standby berdiri ditepi balkon. Kemudian tanpa prolog basa-basi Putri langsung melontarkan pertanyaan ke gue.

"Oke sekarang jelasin ke gue lanjutan dari telpon semalem."

"Waduuhh Put, gue tuh bingung mau jelasinya gimana, bisa ga kita ga usah berantem aja, apa masih mau bahas kenapa kita dulu ga pacaran?"

"Iya, gue pengen tau apa sih yang ada dipikiran lo? Sebenernya dulu lo suka ga sih sama gue?"

"Put menurut lo cinta itu perlu ga? status itu penting ga sih?"

"Perlu lah Go, atas dasar apa orang menikah kalo bukan karena cinta? Bukannya cinta itu modal buat mengikat dua individu?"

"Tapi orang jaman dulu tetep bisa menikah meskipun ga saling mencintai, mereka tetep langeng dan punya banyak anak. Menurut gue tanggungjawab lebih penting dari pada cinta."

"Teett.." Tiba-tiba bel tanda jam istirahat telah selesai berbunyi.

"Belum selesai ya Go, gue masih belum nerima jawaban kaya gitu." Kata Putri.