Friday 9 September 2016

Diandra Nafira (Sarapan II)

Awal kami kenal, di koridor kampus gue panggil dia yang lagi jalan bersama teman-temannya.

"Di.."
"Namaku bukan Didi!."
"Yaudah Ndra.."
"Kamu pikir namaku Indra, kamu harus panggil namaku lengkap!"

Dia yang selalu ingin dipanggil nama depannya utuh satu kata, Diandra.

"Wan aku nginep di kostnya Nita, bisa jemput ga?"
Satu pesan sms masuk di handphone gue pagi itu. Dan dengan kondisi setengah mengantuk gue bales sms Fira dengan telpon sambil merem karna kondisi jari ibu gue sangat ga memungkinkan buat ngetik sms ditambah mata gue yang ga tahan menatap pancaran sinar yang menyilaukan dari layar handphone.

"Fir.." Panggil gue ditelpon
"Iya.. Halloo.." Jawab Fira
"Ga usah sok seksi suaranya."
"Hahaa.. Emang suaraku seksi kok. Kamu udah bangun belum? aku ga ada yang jemput nih."
"Iya udah bangun dikit, kenapa ga minta anterin Nita aja?"
"Hihh Nita jam segini mana bisa bangun, bisa jemput ga? Aku hari ini ada kuliah pagi nih."
"Bisa, tujuh menit lagi ya aku manasin motor dulu."
"Okey.. Udah nih ditutup ya?"
"Yaelah pake nanya, tutup lah mahal pulsanya nyonyah."
"Yaampun Wawan ganteng kok galak banget sih kalo baru bangun bobok cup..cup..cup.."
"Hihh.. Ga usah godain gue."
"Hahaa.. Yaudah aku tunggu ya, assalamualaikum."
"Walaikumssalam.. Tutt.."

Tujuh menit kemudian.
"Gue udah sampe depan Non." Sms gue ke Fira.
"Baik, saya segera keluar Tuan."

Balasan sms dari Fira dan ga lama Fira keluar dari pintu pagar yang dia tarik pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara dari gesekan engsel yang sedikit berkarat tapi tetep aja bunyi.

"Ngiikk.." Bunyi engsel
"Taraa.." Ucap Fira menghadap ke gue sambil tersenyum dan gue dihadapkan dengan pemandangan yang terlalu indah di pagi hari. Fira keluar dari kost dengan kaos dan hotpants atau celana gemes atau apa lah yang berwarna putih yang dihiasi  semacam tali dibagian pinggang dan sangat pendek. Gue sebagai cowok ngliat penampilan Fira langsung kemana-mana pikiran gue dan seketika langsung melek mata gue. Sebagai cowok gue suka liat cewek yang berpenampilan minimalis tapi sebagai orang terdekatnya gue ga berharap dia berpenampilan kaya gitu di luar rumah atau kost and i feel like i need to protect her, because she meant to me.

"Ehh Wan beli bubur ayam dulu yuk, aku laper." Kata Fira
"Okey, let's go." Jawab gue tanpa pikir panjang karna gue ga mau berlama-lama didepan kost Nita bareng cewek yang tampilannya seksi dan diliatin banyak orang dari tetangga kostnya Nita. Sebenernya gue pengen bilang Fira biar pake baju yang lebih tertutup tapi kayanya kurang tepat kalo gue langsung negur dia, gue ga mau kalo dia nantinya malah ngerasa tersinggung karna ucapan gue lagian ini diliatin orang di jalan dan gue ga mau bikin Fira malu.
"Heh.. Buruan berangkat malah ngelamun." Bentak Fira yang udah nangkring di boncengan motor gue.
"Ohh iya, baik nyonyah." Jawab gue sedikit kaget.
Ga jauh dari kost Nita ada penjual bubur ayam, ga lama kami berdua sampai di tempat penjual bubur ayam dan memesan dua porsi bubur ayam.
"Kamu cari tempat duduk dulu aku pesenin buburnya." Kata gue ke Fira.

"Mas bubur ayam dua yang satu ga pake daun seledri."
"Minumnya apa mas?"
"Teh anget dua mas." Kata gue pesen ke mas-mas penjual bubur ayam kemudian berjalan menuju ke meja yang sudah ditempati Fira.

"Heh.. Kok kamu pesen minumnya teh anget dua sih?" Tanya Fira.
"Yaelah gapapa sih cuma masalah minum doang ga bikin IPKmu turun kan?"
"Ga ada hubungannya sama IPK Wawaannn."
"Lahh trus kenapa?"
"Ya kalo minumnya teh anget kan jadi kaya orang tua kaya kamu."
"Hihh rewel, kaya kamu masih muda aja. Nihh pake jaketku biar ga dingin." Kata gue sambil melepas jaket sweater yang gue pake.
"Wawan pagi ini tuh cuacanya cerah dan sudah mulai sedikit panas kenapa kamu malah ngasih aku jaket sih." Jawab Fira sambil melipat setengah bagian jaket gue kemudian dia taruh dipangkuan diatas pahanya dan sebenernya emang itu tujuan gue karna gue ga mau ada cowok lain nglirik Fira dengan tatapan kotor.
"Ohh iya udah mulai panas ya, yaudah pegangin dulu aja deh jaketku." Jawab gue sekenanya.
"Hihh.. Dasar.." Jawab Fira sambil mengerutkan dahinya, tampaknya dia tau kalo gue cuma basa-basi soal jaketnya.
"Kamu ntar kuliah jam brapa Fir?"
"Masih lama sih ntar jam 9, abis ini pulang dulu ambil laundry, mandi, fotocopy laporan sama ngeprint tugas baru ke kampus deh."
"Yaelah kirain kuliahnya pagi banget jam 7an gitu."
"Hihh jam 9 juga masih pagi Wan, kalo aku ga minta tolong kamu trus siapa yang jemput sama yang nemenin aku sarapan."
"Oke baik nyonyah."

Setelah sarapan bubur ayam sambil ngobrol kesana-kemari kemudian gue berdiri dan bayar makannya dan Fira ngikutin gue dari belakang.

"Nih Wan jaketnya."
"Pegangin dulu aja Fir, aku mau bayarin dulu."
"Okedeh..." Jawabnya singkat karna mungkin sedikit keberatan mendapat titipan jaket dari gue, kemudian dia ikatkan jaket gue ke pinggangnya dan tampak seperti mengenakan rok karna jaket gue kebesaran. Setidaknya itulah yang gue harapkan biar dia terlihat lebih sopan.

"Udah yuk pulang." Ajak gue ke Fira.
"Let's go."

Setelah gue sampai di depan kost Fira kemudian Fira turun dari motor gue dan melepas jaket gue yang ada di pinggangnya.

"Nih Wan jaketnya, makasih yaa."
"Iya, ehh.. Fir.." Panggil gue.
"Iya kenapa Wan?"

Kemudian gue terdiam, suasana sesaat hening. Ada kalimat-kalimat yang ragu buat gue keluarin dan perasaan takut menyinggung membuat suara gue terbata.

"Emm.. Itu.. Fir.. lain kali kalo keluar pake bawahannya yang panjang dikit yaa." Kata gue mencoba men-suggest Fira.

"Iya Wan, aku tau kok. Makasih yaa." Jawab Fira santai sambil tersenyum lebar, senyum yang jarang banget gue liat karna gue lebih sering melihat Fira dalam keadaan tertawa. Senyumnya seolah menyimpan isyarat entah apa artinya, mungkin dalam hatinya Fira sedang mengucapkan sesuatu yang gue ga bisa denger. Tapi gue lega bisa menyampaikan apa yang ingin gue sampaikan. Karna tadinya gue takut itu bakal bikin Fira ngrasa tersinggung atau malu dan rasanya ga pantes kalo misalnya gue bikin Fira malu di jalan, di tempat makan atau di tempat yang banyak kerumunan orang gue ga mau bikin moodnya jadi rusak. Tapi sepertinya sekarang Fira ngerti apa yang gue maksud. Oke, ditulisan gue kali ini ada sedikit pesan moral yang pengen gue sampein disini, eciee pesan moral. Jadi gini gaes sebisa mungkin jangan pernah menegur, menasihati atau bahkan membentak perempuan dimuka umum atau didepan orang banyak karna itu bisa membuat mereka(perempuan) malu karna dilihat banyak orang atau malah tersinggung, kan kasian. Coba ajak berbicara empat mata dengan nada yang nyaman didengar dengan itu mungkin pesan kamu atau nasihat kamu akan lebih didengar, sekian.