Ngiiikkk...(suara pintu yang engselnya berkarat karna tak terawat) Gue berusaha keluar asrama secara diam-diam dan sebisa mungkin tanpa suara, karna sedikit suara kecil akan membangukan ibu kepala asrama yang sedang tertidur.
“hey.. siapa itu!!! Siapa pun jangan coba-coba keluar malam tanpa ijin atau akan aku hukum kalian!!!
Seperti yang sudah gue duga ternyata suara pintu itu tak hanya membangunkan tidurnya tapi juga kemarahannya. Sesegera mungkin gue bergegas untuk berlari tanpa alas kaki dengan mengalungkan sepasang sepatu dileher, gue bener-bener seperti orang yang sedang ditimpa bencana dan ingin segera mengungsi. Dan dari sinilah petualangan akan segera dimulai (jeng..jeng..jeng..di adegan inilah biasanya musik pembuka mulai diputar)
Tiba-tiba gue dengar suara yang menggema itu.
“Igooooo...!!!”
Sepertinya kepala asrama sudah mengetahui siapa yang telah kabur dari asrama dan orang itu adalah “Loligo Firi” dia adalah gue itu berarti besok gue harus bersiap-siap dengan hukumannya. Tapi tak apalah yang penting sekarang gue harus datang kerumahnya. Dia wanita yang selalu membuat detak jantung gue berdegup lebih kencang sehingga darah mengalir dengan cepat dan membuat gue bersemangat untuk berlari menjauhi nenek sihir di asrama kumuh itu, Nana,, “Aurelia Ariana” tunggu abang datang ya Na (di adegan ini putarlah musik yang sedikit romantis untuk menghayati isi cerita) (wuuzzzz,, berlari 90Km/Jam karna efek cinta – jantung berdebar kencang – memompa adrenalin – produksi darah meningkat – aliran darah segar membawa oksigen – proses metabolisme yang lancar menghasilkan energi lebih, berarti cinta=energi. Hmm?? Emang nyambung yah kayaknya maksa deh)
Okey,, lupakan dulu teori cinta yang nggak jelas itu karna 3 menit lagi gue sampai dirumahnya
(tunggu 3 menit baru baca lagi)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
(okey.. sudah 3 menit kalo belum anggap saja sudah)
Dengan nafas yang terengah-engah gue mencoba memakai sepatu dengan ikatan yang,, mungkin lebih tepatnya kusut karna tak tampak seperti terikat. Tepat di depan pintu rumahnya, detak jantung gue yang tadi berdetak kencang tiba-tiba iramanya berubah. (iramanya, ibarat dari musik Rock langsung jadi Melow atau Dangdut,, ahh kayaknya nggak gitu-gitu amat deh, mungkin perlu ECG buat ngukur detak jantung,, ahh nggak ada waktu)
Tiba-tiba gue grogi, ragu dan membuat perasaan menjadi dag dig dug tak karuan.
“Dug..dug..dug..dug..dug..dug..” gue denger suara itu begitu jelas terdengar di telinga, semakin lama semakin keras dan sangat mengganggu.
"Oh.. God.. gue bener-bener grogi.." lalu (menoleh ke kanan) ternyata. “Hahhh..” (kaget!!!)
Suara ibu-ibu yang memukuli kasur yang di jemur. (ngaco malem-malem mana ada yang jemur kasur. Aneh banget ini ibu)
"dug..dug..dug..dug..dug.."
“maaf,, saya lupa jemur kasur belum diangkat hehee..” kata ibu itu yang bertubuh sedikit lebih subur (artinya gendut) dengan tersenyum ("cling" waoow.. silau sekali gigi palsunya) seolah merasa bersalah dengan suara pemukul kasur yang membuatku kaget itu.
“maaf,, saya lupa jemur kasur belum diangkat hehee..” kata ibu itu yang bertubuh sedikit lebih subur (artinya gendut) dengan tersenyum ("cling" waoow.. silau sekali gigi palsunya) seolah merasa bersalah dengan suara pemukul kasur yang membuatku kaget itu.
“iya bu nggak pa pa kok.." jawab gue datar dengan senyum yang terpaksa. wah benar-benar parah penyakit lupa ibu itu jemur kasur dari pagi terus ke siang abis itu sore ehhh,,, malem baru diangkat (kayaknya nggak ngefek deh, sama aja nggak perlu di jemur kan)
Dengan irama jantung yang tak menentu gue mencoba mengetuk pintu rumahnya.
“Tok..tok..tok..” kira-kira begitu bunyinya lalu.
“jegrekkk..” lalu pintu itu terbuka. Ternyata ayahnya yang keluar, dalam hati gue
“gawat” dahinya berkerut bertumpuk tiga, hidungnya besar, kumisnya tebal sungguh menakutkan, seluruh tubuh gue bergetar bibir pun bergetar tak mampu berkata hingga kumis tipis gue tiba-tiba rontok karna kalah saing (emang bisa yah kumis rontok?? Anggap aja bisa deh namanya juga cerita)nyali gue tiba-tiba mengerut seperti anak kecil yang tidak tau apa-apa, tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak tau harus bagaimana.
“ma..ma..malem.. O.. Om..” berusaha menyapa dengan memaksa mendorong kalimat itu agar keluar dari mulut gue(akhirnya keluar deh tuh sama kuahnya)
“ada apa malam-malam kesini?” tanyanya.
“mmm.... anu.... Om saya mau....” gue jawab dengan terbata-bata.
“kamu mau apa??
“sebenarnya.... saya....”
“sebenarnya kamu mau apa?
“saya... mau... itu... Om...”
“kamu mau ini” dijawabnya dengan menjulurkan cerutu yang diselipkan di jarinya. Dalam hati gue “sial salah ngomong”
“ehh.. bukan bukan Om.. bukan yang itu..”
“terus yang mana?? Ngomong yang jelas dong”
“mm.. itu om.. ketemu..”
“ketemu?? Apanya yang ketemu? Om nggak kehilangan apa-apa kok..”
“hmm...”
Dan di tengah percakapanku dan ayah Nana yang tak kunjung berhenti, tiba-tiba saja...
(bersambung)
No comments:
Post a Comment